SIRAH NABAWIYAH

Rasulullah Saw Juga Sesekali Bercanda

Dalam hidupnya, Rasulullah pun sesekali bercanda dengan para sahabatnya. Canda yang ada batasnya, tanpa kebohongan dan tidak menyakiti orang lain yang diajak bercanda.

Suatu hari seorang nenek datang kepada Rasulullah Saw. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah aku agar Allah Swt memasukkan diriku ke dalam surga.” Beliau menjawab, “Wahai ummu fulan, sesungguhnya surga itu tidak dihuni oleh nenek-nenek.” Mendengar jawaban itu, sang nenek berpaling pergi dan menangis. Rasulullah Saw kemudian berkata, “Beritahukanlah kepada nenek itu, bahwa ia tidak akan memasuki dan menjadi penghuni surga dalam keadaan renta sebagai seorang nenek-nenek. Sesungguhnya Allah SWt berfirman: “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan kami menjadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta, lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqi’ah : 35-37)

Seorang laki-laki pernah datang kepada beliau dan meminta beliau memberikan hewan tunggangannya. Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya kami akan memberikan engkau seekor anak unta.” Laki-laki itu berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang bisa aku lakukan dengan anak unta?” Rasulullah Saw bersabda, “Tidakkah seekor unta itu melahirkan sesuatu selain anaknya?”

Dalam kisah yang lain, pernah ada seorang laki-laki brilian yang buruk rupa. Rasulullah Saw menyukainya. Suatu hari beliau melihatnya sedang menjual dagangannya. Lalu beliau memeluknya dari belakang sehingga laki-laki itu tidak bisa melihatnya. Lalu ia berkata, “Lepaskan aku. Siapa ini?” Kemudian ia menoleh dan mengetahui bahwa yang memeluknya adalah Rasulullah saw ia berusaha untuk menempelkan pungungnya ke dada Rasulullah Saw. Lalu Rasulullah Saw berkata, “Siapa yang akan membeli seorang hamba sahaya?” Laki-laki itu berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah, kalau begitu, engkau akan mendapati aku menjadi pedagang yang tidak laku.” Lalu Rasulullah Saw berkata, “Akan tetapi, di sisi Allah engkau bukanlah orang yang tidak laku.”

Salah satu yang menjadikan seseorang mampu meraih hati manusia adalah humor (lucu). Humor itu lebih jelas daripada lawakan. Sebagian orang melawak sehingga menjadi seorang yang penuh humor. Sebagian lagi melawak, lalu lawakannya menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Mereka malah menyusahkan, tidak menggembirakan. Rasulullah SAW suka melawak dan penuh humor (lucu dan menyenangkan) dalam lawakannya. Anas berkata, “Rasulullah Saw adalah orang yang paling lucu ketika bersama anak-anak.”

Beliau suka bersenda gurau (melucu) dengan pelayannya, Anas bin Malik. Beliau sering berkata kepada anas, “Wahai orang yang memiliki dua telinga.”

Abdullah bin al-Harits bin Juz’in berkata, “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang paling lucu daripada Rasulullah SAW, juga tidak ada orang yang lebih banyak tersenyum dari beliau, sehingga keluarga si anak pun sangat menyukai kelucuannya.”

Menurut Profesor Rawwas Qal’ah Jie dalam kitabnya, Dirasat Tahliliyah Li Syakhsiyatir Rasul Muhammad, yang harus diperhatikan adalah bahwa gurauan Rasulullah Saw itu selalu mengikuti kebiasaan masyarakat. Kadang-kadang satu jenis gurauan diterima pada suatu masa tetapi kemudian tidak diterima pada masa yang lain. Jika kita melihat bahwa sebagian gurauan Rasulullah Saw tidak layak untuk dilakukan, tiada lain karena kita menetapkan hal itu dengan kacamata kita zaman sekarang dengan segenap keluhuran adat istiadat dan kebiasaan yang ada pada saat ini, sementara pada zaman Rasulullah Saw hal itu termasuk perkara yang populer.

Inilah kepribadian Rasulullah Saw yang hidup dalam lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Beliau memiliki kesan teragung dalam dua kehidupan tersebut. Wallahu a’lam bishshawaab.

Shodiq Ramadhan

Artikel Terkait

Back to top button