OPINI

Refleksi Hari Guru Sedunia: Momentum Revitalisasi Guru

Dalam paradigma Islam, guru memiliki kedudukan yang sangat mulia. Kemuliaan ini terletak pada ilmu yang dimilikinya. Ilmunya akan menjadi cahaya di tengah kehidupan umat manusia, serta mengalirkan pahala jariah jika disebarluaskan dan diamalkan oleh sang pemetik ilmu. Oleh karena itu, menjadi kewajiban negara menaruh perhatian besar terhadap guru karena peran dan tugasnya yang mulia, sebagaimana sabda Baginda Rasulullah Saw, “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (HR. Ahmad).

Negara sebagai pengurus urusan rakyat wajib menyelenggarakan sistem pendidikan yang sahih dengan akidah Islam sebagai asasnya. Tujuan pendidikan diarahkan untuk melahirkan generasi terbaik yang berkepribadian islami, yakni generasi yang berpola pikir dan berpola sikap dengan standar syarak. Sistem pendidikan inilah yang kelak mencetak guru yang bertakwa dan takut kepada murka Allah SWT sehingga berdedikasi tinggi dalam mendidik generasi. Sebab, puncak cita-cita dan kebahagiaan tertingginya adalah menggapai rida Allah SWT semata.

Guru berkualitas dalam naungan Islam ini niscaya tidak akan disibukkan dengan seabrek administrasi dan birokrasi yang menyulitkan penyelenggaraan sistem pendidikan. Sebab, hal tersebut menjadi tanggung jawab negara. Fokus guru hanya mendidik generasi dan mencetak generasi terbaiknya.

Sebagai wujud penghormatan terhadap guru, menjadi kewajiban negara menjamin kesejahteraan guru. Jika dalam pusaran kapitalisme nasib guru kian tersungkur. Dalam naungan Islam niscaya nasib guru makin sejahtera. Sehingga guru akan berkontribusi maksimal dalam memajukan pendidikan, sains, dan teknologi.

Adapun pembiayaan sistem pendidikan ini bersumber dari baitulmal yang memiliki sumber-sumber pemasukan yang melimpah seperti hasil pengelolaan harta kepemilikan umum, fai, dan jizyah. Pembiayaan ini pun bersifat mutlak, artinya ada atau tidaknya dana di baitulmal, menjadi kewajiban negara membiayainya.

Inilah cara Islam menghidupkan kembali peran hakiki guru. Guru kembali kepada fitrahnya. Generasi terbaik niscaya kembali lahir di tengah umat. Peradaban gemilang niscaya dalam genggaman. Semua itu niscaya akan terwujud andai sistem Islam kembali diterapkan secara komprehensif dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahu’Alam bissawab.[]

Jannatu Naflah, Praktisi Pendidikan

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button