NASIONAL

Fadli Ingatkan Mendikbud, Pendidikan Bukan Kelinci Percobaan

Jakarta (SI Online) – Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Fadli Zon, mengingatkan pemerintah khususnya Mendikbud Nadiem Makarim bila pendidikan bukanlah kelinci percobaan. Pendidikan juga bukan tempat berspekulasi.

“Selama ini Pemerintah memang cenderung menjadikan pendidikan sebagai arena uji coba kebijakan, padahal semuanya dilakukan hampir tanpa kajian mendalam. Akibatnya, bongkar pasang kebijakan kerap terjadi,” ungkap Fadli Zon dalam keterangan tertulisnya, Kamis 7 November 2019.

Mantan Wakil Ketua DPR yang saat ini menjabat sebagai Ketua BKSAP itu menerangkan, setidaknya ada dua tantangan besar yang harus segera dipikirkan oleh Menteri Nadiem. Pertama, adalah soal konsep arah pendidikan nasional. Dan kedua, soal birokrasi.

“Terkait dengan konsep arah pendidikan nasional, kita sekarang memang hidup di tengah perubahan yang berlangsung cepat. Di tengah situasi tersebut, kita dituntut lebih adaptif dan dinamis, begitu juga dengan kebijakan pendidikan kita, kurikulum, dan perangkat pendidikan lainnya. Semuanya harus bersifat adaptif dan dinamis,” ungkap Waketum Partai Gerindra itu.

Menurut Fadli, selama ini dunia pendidikan kita jauh dari adaptif dan dinamis. Ini bisa dilihat dari jurusan-jurusan dan kurikulum pendidikan kita.

“Nomenklaturnya tidak pernah berubah,” kata dia.

Fadli mencontohkan,  di perguruan tinggi 90 persen Satuan Kredit Semester (SKS) isinya adalah mata-mata kuliah wajib yang materinya mungkin tak banyak berubah dengan materi dua atau tiga puluh tahun lalu. Jumlah mata kuliah pilihan sangat sedikit sekali. Padahal, pada mata kuliah-mata kuliah pilihan ini kita punya kesempatan besar untuk mengadaptasi perkembangan serta perubahan baru yang terjadi di sekitar kita.

“Pada pendidikan dasar dan menengah, saya menilai jumlah mata pelajaran di sekolah kita terlalu banyak, sehingga akhirnya tidak terjadi pendalaman materi, baik di kalangan siswa maupun guru. Semuanya jadi terjebak pada jam pelajaran panjang,” kata dia.

Terkait minimnya pendidikan karakter, Fadli mengatakan hal itu terjadi karena waktu anak-anak banyak tersita di sekolah. Sebab, pendidikan karakter itu adanya di lingkungan keluarga dan lingkungan sosial, bukan di buku pelajaran.

“Kalau anak-anak waktunya habis di sekolah, kapan mereka bisa menyerap nilai-nilai pendidikan lain yang hanya bisa disampaikan lewat institusi keluarga atau institusi sosial lainnya?,” tandasnya.

Red: shodiq ramadhan

Artikel Terkait

Back to top button