MUHASABAH

Refleksi Idul Adha di Tengah Pandemi Covid-19

Setiap tahunnya umat muslim di dunia merayakan hari raya qurban/hari raya idul adha. Sejarah tentang syariat berkurban adalah sejarah tentang drama yang luar biasa antara Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail.

Cerita tentang ketiganya kemudian menjadi sebuah landasan teologis atas ajaran berkurban dalam agama Islam. Akan tetapi idul adha/idul qurban 1441 H di tahun 2020 ini sedikit berbeda, dimana umat muslim merayakannya ditengah-tengah pandemi covid-19 yang belum usai. Perayaan Idul qurban 1441 pada tahun ini menjadi hari untuk menghayati dan mengaktualisasikan makna dan pesan-pesan esensi ibadah kurban dalam Islam di tengah pandemi covid-19.

Berbagai krisis masih terus terjadi dialami negeri. Akibat pandemi yang tak kunjung ketemu solusi. Di sektor kesehatan misalnya, fasilitas kesehatan minim didapatkan masyarakat selama pandemi. Juga dari sisi tenaga medis, segala perlengkapan medis guna menghadapi pasien yang terinfeksi virus tidak disiapkan dengan maksimal. Tunjangan mereka pun, yang dijanjikan sebagai bentuk apresiasi perjuangan mereka di garda terdepan melawan Covid-19, tidak kunjung terpenuhi. Berdasarkan data Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) per 1 Juni 2020, setidaknya ada 358 aduan terkait perawat yang bermasalah dengan gaji dan THR semasa pandemi. Sekretaris Badan Bantuan Hukum (BBH) Dewan Pengurus Pusat (DPP) PPNI Maryanto menyebutkan, 96 aduan di antaranya melaporkan atas nama kelompok atau institusi. (alinea.id, 8/6/2020)

Pemecatan di tengah pandemi juga menimpa 109 tenaga medis di RSUD Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Dipecat karena menuntut transparansi insentif dan alat pelindung diri (APD) demi keselamatan kerja, asupan vitamin, dan rumah singgah yang layak. Belum lagi biaya tes corona yang dikomersialkan. Apalagi vaksin untuk menghentikan penyebaran virus yang semakin meradang, butuh proses yang sangat panjang. Setiap harinya, korban terus berjatuhan. Bahkan Indonesia menduduki posisi teratas jumlah kasus Covid-19 di Asia. Di sektor ekonomi pun demikian. Semakin memburuk saja. Pengamat kebijakan publik, Trubus Rahardiansyah menyatakan, banyak warga mengalami frustasi akibat angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terus meningkat selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berlangsung. Tragisnya, ada sebagian warga yang melukai diri sendiri bahkan sampai bunuh diri selama PSBB berlangsung. (papua.tribunnews.com, 30/4/2020)

Sungguh merana nasib rakyat. Urusan perut mereka seolah tak menjadi hal utama untuk segera dipenuhi. Janji demi janji terus disampaikan pemerintah. Hingga aparat daerah dan rakyat bersama-sama memprotes buruknya kinerja pemerintah pusat menangani masalah ini. Maka, jangan salahkan rakyat jika kepercayaan mereka terhadap pemerintah semakin menurun. Dampak pandemi global yang menyebabkan masyarakat dan bangsa mengalami krisis ekonomi dan sosial menjadi momentum yang paling tepat untk mengaktualisasikan nilai-nilai dan pesan ibadah kurban dalam realitas kehidupan.

Berbagai kebijakan pemerintah yang ditetapkan malah semakin menambah keruwetan rakyat di tengah pandemi. Langkah antisipasi penanganan dan strategi untuk mengurangi dampak buruk melalui agenda new normal, tidak mampu menjadi solusi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan negara-negara di dunia untuk menghadapi krisis corona dengan lebih serius. Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, banyak negara yang tidak mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memerangi penyebaran wabah yang mematikan ini. Tedros juga menyatakan, banyak negara yang tidak menunjukkan “tingkat komitmen politik” yang diperlukan untuk menyamai tingkat ancaman yang kita semua hadapi. (news.detik.com, 6/3/2020) Apa yang disampaikan Tedros dialami negeri ini. Tidak ada antisipasi dan bentuk riil perlindungan pada rakyat yang ditunjukkan para pejabatnya. Maka, menjadi suatu kebutuhan mendesak bagi umat untuk segera kembali pada sistem Ilahi, dengan tegaknya seluruh syariat sebagai solusi.

Berkaca pada momentum Iduladha, sudah seharusnya umat Islam menyempurnakan ketaatan serta siap untuk berkorban; Meninggalkan seluruh orientasi individual dan materialistik menuju keinginan meraih rida Illahi Rabbi. Iduladha mengajarkan kita tentang semangat berkurban. Karena sejatinya berkurban (tadhhiyah) merupakan ibadah yang sangat mulia. Merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT: “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS al-Kautsar: 2) Dalam surah tersebut terkandung pesan pembuktian seorang yang beriman, yakni dengan berkurban. Ketika seseorang menyatakan beriman dan taat kepada Allah SWT, dia akan diminta menunjukkan pengorbanannya. Ini satu dari sekian keutamaan berkurban.

Bahkan berkurban merupakan bagian janji yang diucapkan setiap salat. Firman Allah SWT:

“Katakanlah sesungguhnya salatku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rab semesta alam.” (QS al-An’am: 162) Dalam ayat tersebut Allah mengkhususkan dua ibadah (salat dan berkurban) karena kemuliaan dan keutamaan keduanya. Menunjukkan bentuk ketaatan pada Allah dengan hati, lisan, dan amalan zahir. Serta pengorbanan dengan memberikan harta yang disenangi jiwa kepada Zat yang lebih dicintainya, yaitu Allah SWT. Atas dasar apa negeri ini bisa segera keluar dari segala krisis akibat pandemi, jika bukan dengan kembali pada syariat-Nya? Penguasa serta para pejabatnya, juga masyarakat, diminta menyempurnakan ketaatan serta siap berkorban untuk mendapatkan solusi.

Sebagaimana firman Allah SWT: “Padahal tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dan menjalankan agama ini dengan lurus.” (QS Al-Bayyinah: 5) Kita juga diminta menaati segala aturan-Nya, bersegera mengakhiri sistem jahiliah buatan manusia bernama kapitalisme-sekularisme. Menghindari syariat-Nya dengan mencampakkan hingga memonsterisasi ajaran Islam (Khilafah), justru makin membuat negeri ini jauh dari pertolongan Allah SWT. Maka, momentum Iduladha sejatinya menjadi refleksi bagi penguasa negeri sebagai jalan mendapatkan solusi atas krisis akibat pandemi. Seharusnya juga menguatkan kesadaran seluruh komponen umat untuk menyempurnakan ketaatan pada seluruh aturan Sang Pengatur Allah SWT. Menguatkan tekad untuk berkorban dengan seluruh daya upaya demi tegaknya aturan Allah dalam kehidupan.

Hendak ke mana kita akan mencari jalan keluar selain kembali pada Allah SWT? Allahlah sebaik-baik penolong dan pemberi petunjuk atas semua masalah kehidupan. []

WIDIYANTI

Artikel Terkait

Back to top button