QUR'AN-HADITS

Refleksi Surah Al-Hajj ayat 11: Bahaya Menyembah Allah Hanya Saat Senang

Dalam perjalanan kehidupan, manusia sering diuji dalam berbagai situasi, baik saat mendapatkan nikmat maupun menghadapi kesulitan dan musibah. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang abadi, memotret fenomena ini secara tajam dalam Surah Al-Hajj ayat 11.

Ayat ini menyingkap kondisi sebagian manusia yang beribadah kepada Allah “di tepi”, yaitu dalam keadaan setengah hati, tanpa totalitas, dan dengan keimanan yang bergantung pada keadaan. Allah SWT berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّعْبُدُ اللّٰهَ عَلٰى حَرْفٍۚ فَاِنْ اَصَابَهٗ خَيْرُ ِۨاطْمَئَنَّ بِهٖۚ وَاِنْ اَصَابَتْهُ فِتْنَةُ ِۨانْقَلَبَ عَلٰى وَجْهِهٖۗ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةَۗ ذٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِيْنُ

Di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi (tidak dengan penuh keyakinan). Jika memperoleh kebaikan, dia pun tenang. Akan tetapi, jika ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang (kembali kufur). Dia merugi di dunia dan akhirat. Itulah kerugian yang nyata. (QS. Al-Ḥajj [22]: 11)

Sebab diturunkannya ayat ini yaitu untuk menyindir orang yang beribadah kepada Allah hanya ketika ia mendapatkan keinginannya saja. Jika apa yang diinginkannya tidak terpenuhi, maka ia menuding Islam sebagai penyebabnya.

Allah berfirman, “Di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi” yang dimaksud dengan menyembah/ibadah yakni menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Tetapi ada sebagian orang ketika mendapatkan masalah ia malah meninggalkan Allah dengan tidak beribadah, jadi ia beribadah ketika sedang merasa senang saja.

“Di tepi” maksudnya adalah dalam keraguan, cemas dan guncang dalam agama. Imam Qotadah berpendapat bahwa yang dimaksud ‘ala harfin (di tepi) yakni dengan ragu. Ada yang berpendapat, beribadah kepada Allah dari atas bukit atau gunung. Ada juga yang berpendapat, bahwa ada sebagian orang yang beribadah kepada Allah dengan cara memasuki agama Islam akan tetapi di bagian ujungnya saja, lebih jelasnya ialah, jika ada ajaran Islam yang ia sukai maka ia tetap melanjutkan, tetapi jika ada aturan yang tidak ia sukai maka ia tidak lanjutkan atau ia keluar lagi dari agama Islam.

Kemudian Allah melanjutkan firmannya, “Jika memperoleh kebaikan, dia pun tenang. Akan tetapi, jika ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang”, ash-Shabuni menjelaskan bahwa yang dimaksud “jika memperoleh kebaikan dia pun tenang” adalah ia akan tetap berpegang pada agama, jika dia dalam keadaan sehat dan tidak kekurangan. Kemudian Ibnu katsir menjelaskan, maksud berbalik ke belakang ialah kembali kepada kekafiran.

Maksud dari penggalan ayat di atas adalah Dia ingin hamba-Nya selalu beribadah dalam keadaan apapun, baik seseorang sedang merasa senang ataupun tidak, dalam keadaan yang buruk ataupun sedang dalam keadaan baik, Allah ingin hamba-Nya selalu istiqomah dalam beribadah dan imannya pun tidak goyah dalam kondisi apapun. Karena, baik dalam keadaan susah ataupun senang keduanya ialah ujian dan cobaan.

Kemudian Surah Al-Hajj ayat 11 ini diakhiri dengan kalimat “Dia merugi di dunia dan akhirat. Itulah kerugian yang nyata”, dalam hal ini Ibnu Katsir menerangkan bahwa maksud ayat tersebut ialah, ia di akhirat akan mendapatkan suatu balasan yang hina, dan di dunia pun dia tidak mendapatkan apa-apa atau hanya sia-sia. Maka firman Allah “Itulah kerugian yang nyata” maksudnya adalah itu bukan kerugian biasa akan tetapi kerugian yang sangat besar. Ash-Shabuni menegaskan, itulah kerugian yang tidak ada bandingannya dan benar-benar jelas.

Fondasi iman adalah keberadaan iman atau kepercayaan kepada Allah, bahwa Allah itu adil, Mahabijaksana serta kuasa. Maka apapun yang kita hadapi dalam kehidupan ini maka dapat dibingkai dengan keyakinan tersebut. Jika perjalanan dalam kehidupan tidak selalu mulus, maka percayalah bahwa semua yang terjadi itu ada hikmah di baliknya.

Jika hikmah itu bukan kalian yang dapatkan, mungkin saja anak-anak kalian yang akan mendapatkan. Boleh jadi seseorang yang hidup dalam kekayaan dan kenikmatan, mereka bisa menjadi buruk. Sebaliknya orang yang susah, hasil kerja kerasnya bisa menjadikan dorongan untuk menjadikan anak-anaknya orang baik dan bijak.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button