Ribuan Anak Tewas Berjatuhan, Pelaparan Jadi Cara Baru Genosida Gaza

Sungguh pilu melihat nasib saudara kita di Gaza sana, belum lah usai rudal dijatuhkan dan peluru ditembakkan kini kelaparan kian mengintai. Apalagi anak anak, tubuh yang sedang membutuhkan asupan makanan untuk pertumbuhan kini lunglai tak berdaya. Tubuh yang sedang butuh suplai energi berkelanjutan, kini tinggal kulit membungkus tulang.
Dikutip dari The Japan Times, selama 72 jam di Rumah Sakit Al Shifa telah terjadi 21 kasus kematian anak karena malnutrisi. Artinya ada 7 kasus kematian anak Gaza setiap hari.
Ini baru data yang terkumpul di satu titik, belum lagi berbicara titik lain yang jika dikumpulkan akan semakin bertambah angkanya.
Ini membuktikan bahwa kebiadaban zionis Yahudi makin meningkat, bahkan tidak bisa lagi dijelaskan dengan kata kata. Gaza dengan dua juta jiwa di dalamnya terjebak dalam kondisi yang mengerikan. Sejak genjatan senjata enam pekan gagal diperpanjang, penjajah memberlakukan blokade penuh dari 2 Maret 2025 hingga tulisan ini dibuat.
Truk bantuan yang diperbolehkan masuk hanya kecil sekali, seolah hanya sebagai lambang masih adanya perhatian kemanusiaan bagi Gaza untuk diperlihatkan ke masyarakat dunia.
Bahkan di beberapa video yang beredar, beberapa warga Israel menginjak nginjak bantuan makanan yang akan masuk ke jalur Gaza. Mereka seolah bangga melakukan itu semua, padahal tindakan mereka sangat keji seolah bukan dilakukan oleh manusia.
Kini semakin jelas dalam pandangan kita, bahwa kekejaman zionis tidak mempan hanya sekedar dengan kecaman dan bantuan kemanusiaan. Apalagi menimbang posisi zionis yang dilindungi oleh AS dan sekutunya. Peran PBB pun hingga detik ini tak mampu menghapuskan kejahatan yang luar biasa kejamnya.
Sudah saatnya umat Islam menjadikan Aqidah sebagai landasan dalam menyelesaikan setiap persoalan, termasuk dalam perkara Palestina ini. Jihad dan persatuan kaum Muslimin adalah solusi hakiki yang tidak bisa ditawar lagi.
Allah berfirman dalam kitabnya yang mulia, Qur’an Surah Ali Imran ayat 103 yang berisi perintah kepada kaum Muslimin untuk bersatu dan bersaudara. Persatuan kaum Muslimin inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah ketika mendirikan negara Islam pertama kali di Madinah dan berlanjut oleh khalifah-khalifah setelahnya, dimana seluruh kaum Muslimin disatukan dalam satu kepemimpinan dan diatur oleh Islam, tanpa memandang warna kulit dan batas-batas wilayah.
Hanya kepemimpinan Islam yang mampu menggerakkan kekuatan nyata umat Islam. Seperti ketika Khalifah Al Mutashim Billah mengerahkan tentara hanya untuk membela kehormatan seorang Muslimah yang diganggu orang Romawi. Bahkan dikabarkan tak tanggung tanggung, tentara yang dikerahkan jumlahnya tak putus dari istana Khalifah Baghdad Irak sampai Ammuriyah (Ankara, Turki). Itu untuk membela satu orang saja, bagaimana untuk saudara kita Palestina tentu akan jauh lebih besar.
Ketika Muslimin disatukan dalam satu negara ia akan memiliki gabungan militer dunia Islam, sumberdaya alam yang melimpah tanpa dikuasai asing seperti sekarang, serta Negara memiliki otoritas syar’i untuk memutuskan jihad dalam rangka membela kaum Muslimin dimanapun, khususnya Palestina saat ini.
Negara Islam pun akan melepaskan dunia Islam dari ketergantungan pada kekuatan asing seperti AS, China, PBB, Rusia, Uni Eropa yang semuanya merupakan penjajah yang tidak pernah berpihak kepada Islam dan kaum Muslimin. Insyaallah kaum Muslimin tidak kekurangan orang pintar untuk kemajuan negaranya.
Terakhir, dengan kita bersatu dalam satu kepemimpinan dan kita menerapkan Islam dari hulu ke hilir, dari A sampai Z. Semoga Allah beri pertolongan dan limpahkan keberkahan, semoga Allah ridha menjadikan umat ini kembali menjadi umat terbaik dan penjajahan di negeri Palestina dan lainnya akan sangat dengan mudah dihilangkan, insyaallah. Wallahu a’lam bis-shawaab.
Elis Irma Ratnasari, Pemerhati Generasi