OASE

Saat dan Tempat Terakhir Ketika Sakratul Maut

Allah Ta’ala akan tentukan saat dan tempat terakhir yang kita kunjungi menjadi akhir dari perpisahan kita dengan dunia? Ya, sebuah kepastian yang tidak mungkin kita lari darinya, kebiasaan dan kecintaan kita akan menjadi tempat terakhir perpisahan itu.

Banyak diantara kita ingin kematian dalam keadaan baik yaitu khusnul khotimah, namun hanya sekedar doa dan berharap tanpa amal nyata. Untuk itu bagi mereka yang berharap akhir hidupnya baik, lakukanlah selalu kebaikan di setiap detik menit jam hingga hari ke hari dan seterusnya, jauhkan tempat tempat yang tak manfaat bagi akhirat. Sungguh suatu kenikmatan tersendiri jika kematian menjemput ditempat dan waktu yang dimuliakan.

Imam al-Hasan Bashri berkata “Selayaknya selalu bersedih orang yang mengetahui bahwa kematian pasti menghampirinya, hari kiamat adalah hari yang ditunggu, dan berada di hadapan Allah adalah peristiwa yang pasti dia lalui di hari kiamat.

“Sesungguhnya,” lanjut beliau, “orang mukmin itu di pagi hari bersedih, di waktu sore juga bersedih. Keadaannya, selalu berada di antara dua ketakutan yaitu dosa yang telah ia kerjakan, karena dia tidak tahu hukuman apa yang akan Allah timpakan atasnya karena dosa itu. Juga kematian yang pasti mendatanginya. Sebab, ia tidak tahu siksa apa yang akan menimpa dirinya kelak.” (Hilyatul Auliya 2/133)

Allah Ta’ala, berfirman:

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلٰقِيكُمْ  ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Katakanlah, Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah 62: Ayat 8)

Kita selalu diingatkan dengan ayat dibawah ini, bahwa sebaik baik bekal adalah takwa, tiada bekal yang terindah bagi seorang yang beriman dan berharap bisa masuk ke dalam surgaNya kecuali itu.

Takwa menjadi ukuran setiap muslim bergerak, disetiap sisi waktu dan tempat selalu dihiasi dengan amal sholih, itu semua dilakukan untuk menjaga agar seketika malaikat maut menjemput dalam keadaan sedang melakukan ketaatan dan ditempat yang di ridhoi, sebagaimana Allah Ta’ala, berfirman:

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومٰتٌ  ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّ  ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ  ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰى  ۚ وَاتَّقُونِ يٰٓأُولِى الْأَلْبٰبِ

(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barang siapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 197)

Beberapa kisah kematian yang teramat indah dan syahdu yaitu kisah kematian Imam Ahmad sehingga membuat setan tunggang langgang beberapa waktu sebelum ajal menjemputnya. Kejadian itu diyakini sebagai pengakuan setan yang kehabisan akal karena tak mampu menggoda Imam Ahmad di sepanjang riwayat kehidupannya.

Bahkan, Ibnu Katsir mencatat dalam Al-Bidayah wan Nihayah Vol 10, bahwa di hari kematian Imam Ahmad ada dua puluh ribu Yahudi, Nasrani, dan Majusi yang ikrar bersyahadat masuk Islam. Sungguh kematian yang membawa keberkahan bagi agama.

Kisah kematian Abu Hanifah juga tidak kalah menarik. Lelaki bernama lengkap Nu’man Bit Tsabit bin Ruthi at-Taimy Al-Kufi ini mengakhiri hidupnya dalam suasana yang sangat syahdu, dan barangkali menjadi cita-cita banyak orang, yakni saat bersujud.

Badruddin Ainy dalam Ahbaru abi Hanifah wa Ashabihi mendokumentasikan akhir riwayat Abu Hanifah. Saat Abu Hanifah merasa ajal sudah semakin mendekat, ia segera bersujud dan berdoa. Setelah itu ia meninggal dalam posisi sujudnya.

Kematian yang sungguh indah. Semoga kisah tersebut menjadi motivasi kita agar memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin dalam rangka takwa kepada Allah. Mudah-mudahan dengan berbagai aktivitas kebaikan yang kita lakukan, Allah anugerahi kita dengan kematian yang husnul khatimah. Aamiin.

Wallahua’lam

Abu Miqdam
Komunitas Akhlak Mulia

Back to top button