Sakit Sebagai Ujian atau Teguran
Penyakit yang datang dari Allah Ta’ala bisa berupa ujian atau teguran. Penyakit yang berupa ujian adalah penyakit yang untuk menguji seberapa kuat ketahanan kesabaran dan keimanan seseorang dalam hal menghadapi penyakit tersebut.
Allah Ta’ala menurunkan penyakit sebagai ujian dengan maksud menaikkan level ketakwaan seseorang. Bilamana dia berhasil melewati ujian itu, maka dia berhasil mendapatkan satu tingkat lebih tinggi sebagai hamba Allah Ta’ala.
Sementara penyakit berupa teguran adalah penyakit yang untuk memberi teguran dan peringatan pada seseorang tentang suatu tindakan atau perbuatan dosa yang dilakukannya. Dosa itu bisa terlepas dari sesuatu yang merugikan orang lain atau justru merugikan dirinya sendiri.
Berharap kesembuhan segala penyakit hanya kepada Allah Ta’ala, sebagaimana Nabi Ibrahim as meminta kesembuhan kepada Allah Ta’ala,
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
“dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,” (QS. Asy-Syu’ara’ 26: Ayat 80)
Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata,
كثير من المرضى يشفون بلا تداو، بدعوة مستجابة أو رقية نافعة، أو قوة للقلب و حسن التوكل
“Banyak orang yang sakit bisa sembuh tanpa pengobatan, mereka sembuh dengan doa yang mustadjab, ruqyah yang manjur, kekuatan hati dan tawakal yang baik.” (Majmu’ Al Fatawa 21/563)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah meminta perlindungan kepada Allah untuk anggota keluarganya. Beliau mengusap dengan tangan kanannya dan berdoa :
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِه وأَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
“Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain” (HR Bukhari 535 dan Muslim 2191).
Keimanan dan keyakinan bahwasannya yang mampu menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala semata bukan berarti menjadi penghalang seorang hamba untuk mengambil sebab kesembuhan dengan melakukan pengobatan.
Terdapat banyak hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perintah untuk berobat dan penyebutan tentang obat-obat yang bermanfaat. Hal tersebut tidaklah bertentangan dengan tawakal seseorang kepada Allah dan keyakinan bahwasanya kesembuhan berasal dari Allah Ta’ala.
Dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ
“Semua penyakit ada obatnya. Jika sesuai antara penyakit dan obatnya, maka akan sembuh dengan izin Allah” (HR Muslim 2204)
Namun terkadang kita sering lupa dan menyandarkan kesembuhan kepada dokter atau rumah sakit, seolah mereka menjadi zat penyembuh, sudah seharusnya sebagai orang yang beriman ketika sakit yang harus dilakukan pertama meminta kesembuhan adalah kepada Allah Ta’ala, kemudian berobat sesuai sunnah Rasulullah, ketiga dengan obat obatan herbal atau alami dan terakhir baru dokter atau rumah sakit.
Wallahu a’lam
Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia