“Saya Bersaksi Dokter Joserizal Adalah Seorang Mujahid fi Sabilillah”
Tadinya saya enggan untuk membuat tulisan ini. Namun setelah saya timbang timbang dan “diprovokasi” oleh tulisan Tony Rosyid dengan anak judul yang membuat saya tersentak. Dalam anak judul tulisan, Tony menulis tidak sempat mampir ke rumah dr. Jose.
Pada malam itu selepas diskusi di Radio Rasil, saya dan Tony sebagai narasumber dengan topik diskusi “Pengasingan Politik Habib Rizieq Syihab oleh Rezim.”
Sekitar jam 20.00 sebelum diskusi akan segera dimulai, Pak Farid menyatakan bahwa seandainya tadi saya datang lebih sore, dr. Jose mau ajak diskusi dulu di rumahnya yang berdekatan dengan Radio Rasil. Namun karena saya terlambat karena terjebak macek menuju Cibubur akhirnya agenda diskusi on air dulu baru kemudian ke rumah dr. Jose. Padahal juga Pak Farid mau ajak makan sambil diskusi bersama dr. Jose.
Namun setelah selesai diskusi on air dua jam kemudian, Tony tidak bisa ikut ke rumah dr. Jose, karena istrinya sedang menunggu di tempat berbeda. Jadi ternyata Tony juga terjebak macet, yang akibatnya harus naik ojek dan turun dari mobilnya. Istrinya meneruskan membawa mobil dengan mencari tempat berhenti. Dan Tony harus segera menjemput di posisi istrinya menunggu. Jadi itulah mengapa Tony tidak bisa ikut ke rumah dr. Jose.
Sementara saya dan pak Farid, setelah selesai diskusi on air menuju ke rumah dr. Jose. Namun karena memang dr. Jose sedang dalam keadaan sakit, sepertinya harus istirahat. Dan akhirnya saya juga tidak sempat bertemu dengan dr. Jose. Padahal saya sudah lama sekali tidak ngobrol dengannya. Dan sangat ingin diskusi.
Terakhir saya kunjungi dr. Jose ketika beliau di opname di RS Jantung Harapan Kita tepat 31 Desember 2019.
—212—
Perkenalan dengan dr. Jose ketika saya menjadi salah satu anggota Tim Pembela Ustaz Abu Bakar Ba’asyir. Ketika itu dr. Jose ikut mendampingi Ust ABB sebagai Team Medis, pada 2003.
Beliau selama mendampingi Ustaz ABB sebagai Koordinator Team Medis sangat aktif dan luar biasa
Dalam proses tersebut kami seringkali diskusi. Terutama menyangkut kasus Ambon.
Beliau langsung terjun ke daerah konflik di Ambon dan melihat fakta fakta ketidakadilan, baik dari segi kebijakan maupun dari segi pemberitaan terhadap umat Islam di Ambon. Salah satunya adalah, umat Islam yang sebelumnya adalah korban, akibat pemberitaan dan kebijakan yang tidak adil, dibalikkan faktanya seolah menjadi penyebab dan pelaku konflik Ambon.
Dan dr. Jose melihat ada campur tangan internasional dalam konflik Ambon tersebut.
Tidak berhenti di konflik Ambon, dr. Jose juga terjun langsung ke Afghanistan untuk memberikan pertolongan medis kepada rakyat Afghanistan yang pada tahun 2001 diagresi oleh Amerika Serikat.
Dalam berbagai kesempatan diskusi, dr. Jose seringkali menyatakan bahwa beliau sangat terkesan dengan bangsa Afghan yang bersahaja, serba kekurangan namun tangguh dalam menghadapi berbagai agresi bangsa asing.
Perjalanan dr. Jose di Afghanistan ini dilakukan berminggu-minggu dan di berbagai tempat yang di bom oleh Amerika Serikat.
Pada 2003, ketika Amerika Serikat lagi lagi menginvasi negara lainnya yaitu Irak, dr. Jose kembali terjun langsung.
Dalam berbagai ngobrol dengan beliau, pengalaman di Afghanistan maupun di Irak sering kami tanyakan.
Dalam pengalaman beliau di dua negara tersebut, seringkali beliau bersama Tim MER-C terjebak di tengah pertempuran antara tentara penjajah dan mujahidin. Dan Alhamdulillah beliau bersama Tim bisa lolos dari sergapan tentara penjajah tersebut.
Pernah diceritakan oleh beliau, bahwa seandainya beliau sempat tertangkap oleh pasukan penjajah Amerika, tentu sudah berada di Guantanamo, karena akan dianggap sebagai foreign figther dalam kacamata kaum penjajah. Padahal beliau memberikan bantuan sebagai dokter medis dalam kancah pertempuran tersebut.
—212—
Tahun 2009, saya bersama dr. Jose berada di Pariaman saat gempa melanda Sumatera Barat. Dan Pariaman salah satu wilayah terdampak bencana yang cukup parah. Aktivitas dr. Jose banyak dihabiskan dalam ruang operasi korban gempa, bahkan sampai berjam jam.
Saat ada keperluan di Jakarta, di tengah aktifktas penanganan bencana tersebut, dr. Jose sempat pulang, dan saya baru menyadari bahwa dr. Jose saat membantu korban gempa tersebut dalam keadaan kakinya juga cidera sehingga harus menggunakan tongkat saat berjalan.
Dua kemudian setelah urusan di Jakarta selesai, dr. Jose kembali mengajak saya ke Pariaman, kali ini denga menggunakan mobil pribadi beliau. Bersama salah satu relawan, kami bertiga menempuh perjalanan darat lebih kurang 30 jam melalui lintas tengah Sumatera. Dengan membawa peralatan medis.
Pulang dari Pariaman seminggu kemudian, kami bertiga kembali menggunakan jalur darat, kali ini melalui lintas timur Sumatera. Dengan waktu kurang lebih sama 30 jam perjalanan. Padahal dr. Jose seperti yang saya sebutkan tadi, juga dalam keadaan kakinya masih cidera.
Namun semangat beliau dalam membantu rakyat yang tertimpa musibah sangat luar biasa.
—212—
Tahun 2012, sekitar November, saya bersama dr. Jose, kembali melakukan perjalanan ke Yordania. Perjalanan kali ini adalah dalam rangka konferensi untuk persiapan acara Global March to Jerusalem. Yaitu satu kegiatan yang dirancang oleh aktivis civil society untuk membebaskan blokade Israel terhadap Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Dalam konferensi tersebut, dr. Jose menyuarakan agar para aktivis jangan terlalu banyak teori, namun lemah diimplementasi. Dan dr. Jose mengajak peserta konferensi agar segera menyusun action plan untuk kegiatan tersebut. Ini salah satu karakter dr. Jose, yaitu semua rencana harus bisa diimplementasikan.
Dalam perjalanan selama empat hari tersebut, kami bertiga satu kamar agar diskusi menjadi intensif.
Dan setiap shalat, dr. Jose selalu mempersilahkan kami untuk menjadi imam. Namun saya selalu meminta dr. Jose sebagai imam shalat selama perjalanan. Karena kami jadikan sebagai Imam Safar. Dan seluruh gerakan maupun bacaan shalat dr. Jose sangat baik dan sempurna selayaknya santri lulusan pondok pesantren salafiyah. Tak ada keraguan saya menjadi makmum dalam shalat bersama beliau selaku Imam.
Maret 2013, implementasi dari hasil konferensi November 2012, jadi dilaksanakan.
Saya sekali lagi, bersama dr. Jose dan rombongan besar, berangkat menuju Amman.
Kami tiba di Amman lebih kurang pukul 09.00. Namun sayang, kali ini saya tidak bisa masuk ke Yordania dan harus pulang kembali ke Jakarta dengan penerbangan hari itu juga pukul 17.00. karena alasan intelijen.
Gigit jari saya, karena tidak bisa ikut kegiatan menembus pagar batas penjajah Israel.
Dan dr. Jose-lah orang yang pertama kali mengabari tentang deportasi saya ini ke teman-teman jurnalis di Jakarta. Beliau sempat berdebat sengit dengan pihak imigrasi dan intelijen Yordan agar saya bisa masuk dan ikut kegiatan Global March to Jerusalem.
–212–
Khalifah Umar bin Khattab ra pernah memberikan tips khusus dalam masalah ini, sebagaimana diceritakan oleh salah seorang tabi’in yang bernama Kharasyah bin Al Hurr ra:
“Ada seorang lelaki yang bersaksi di hadapan Umar bin Khattab rhadiyallahu ‘anhu, Umar berkata kepadanya: Aku tidak mengenalmu, dan tidak masalah meskipun aku tak mengenalmu, tapi datangkanlah seseorang yang mengenalmu. Tiba tiba seorang laki-laki diantara hadirin berkata : Aku mengenalnya dengan baik wahai Amirul mukminin. Umar lantas bertanya: Bagaimana engkau mengenalnya? Ia menjawab: Dia adalah orang yang bisa dipercaya. Umar kembali bertanya: Apakah dia adalah tetanggamu hingga engkau ketahui keadaannya baik siang maupun malam? “Tidak,” jawabnya. Apakah engkau pernah berbisnis dengannya sehingga kau ketahui bahwa ia adalah seorang yang wara’? “Tidak.” Pernahkah engkau bersafar (berpergian) dengannya hingga engkau ketahui bahwa ia memiliki akhlak yang mulia?“ Tidak,” jawabnya lagi. Itu berarti engkau tidak mengelanya. Kemudian Umar berkata kepada pemuda yang bersaksi tersebut: Carikan aku orang yang benar-benar mengenalmu. (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dan dishahihkan oleh Albani dalam Irwaul Ghalil)
—212—
Dari beberapa kali perjalanan yang lebih dari tiga hari bersama dr. Jose tersebut, saya bersaksi bahwa dr. Jose adalah mujahidin fi sabilillah.
Dokter Joserizal adalah seorang mujahid sekaligus aktivis kemanusiaan sejati. Aktivitas beliau bukan saja terbatas pada batas batas teritorial Indonesia.
Dari pengalaman saya berinteraksi dengan kalangan aktivis dari berbagai spektrum, saya belum melihat seorang aktivis yang benar benar ikhlas dan tidak mencari popularitas.
Dokter Jose patut untuk dijadikan contoh bagi aktivitas kemanusiaan lintas batas.
Engkau adalah sahabatku dokter Jose.
Cibubur, 20 Januari 2020
MUNARMAN
Sekretaris Umum DPP FPI