Seandainya Aku Jadi Presiden

Kesembilan, bagaimana merumuskan strategi dan cara yang efektif untuk menjadikan Al-Qur’an ini menjadi pedoman untuk menyadarkan para pelaku kriminal di tanah air. Dengan kajian-kajian tafsir Al-Qur’an, insyaallah para pelaku kriminal ini akan kapok berbuat jahat. Mereka bahkan akan menjadi orang saleh yang dengan masyarakat akan bersama-sama membangun negara ini diridhai Allah, adil dan makmur (baldatun thayibatun warabbun ghafur).
Kesepuluh, bagaimana merumuskan sistem politik yang terbuka dan berkeadilan. Gaji para pejabat di semua level dibatasi maksimal 30 juta, karena jumlah orang miskin di Indonesia masih 110 juta orang. Sistem demokrasi mesti diganti dengan sistem teodemokrasi (perpaduan antara teokrasi dan demokrasi), sebagaimana konsep banyak tokoh Islam. Partai politik cukup dua saja. Satu pendukung dan satu lagi oposisi, seperti di Amerika. Semua partai politik dan LSM landasannya harus Al-Qur’an.
Kesebelas, bagaimana merumuskan media massa yang jujur dan adil. Media massa dilarang keras menyiarkan pornografi. Media boleh membuka selebar-lebarnya rahasia para pejabat negara. Selain itu media juga boleh mengritik sekeras-kerasnya para pejabat yang menyeleweng dari Al-Qur’an. Kebebasan dan independensi media dijamin undang-undang. Bila ada pihak yang keberatan tulisan di media, menjawab dengan tulisan pembanding dan media massa harus memuat keberatan masyarakat terhadap tulisan yang ditulis redaksinya.
Keduabelas, bagaimana merumuskan pendidikan Islam di tanah air mulai dari PAUD sampai perguruan tinggi. Tujuan pendidikan Islam mewujudkan generasi yang saleh, cerdas dan kreatif harus benar-benar terwujud dalam semua level. Unsalehuk pendidikan di perguruan tinggi bisa dirumuskan dengan kerjasama teman-teman di INSISTS (Institute for the Islamic Thought and Civilizations).
Ketigabelas, bagaimana merumuskan pelajaran sejarah Islam di Indonesia dan dunia yang benar. Karena dengan berdirinya ‘Khilafah Islamiyah ala Minhaji Nubuwwah’ maka hampir semua bidang diubah kebiasaannya. Dari kebiasaan kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan Islami.
Keempatbelas, bagaimana merumuskan pendidikan remaja atau pemuda yang Islami dan efektif. Sebab pemuda adalah para pemimpin negara di masa depan. Mereka harus dididik dengan sepenuh hati, agar mereka menjadi orang-orang hebat nanti. Menjadi generasi yang saleh, cerdas dan kreatif.
Kelimabelas, bagaimana strategi dan cara yang tepat untuk membentuk keluarga yang Sakinah, mawaddah dan Rahmah. Keluarga yang saling menyayangi diantara keluarga. Anak sayang kepada orang tua. Orang tua sayang anak. Orangtua mendoakan anak, anak mendoakan orang tua. Bila bapak ibunya sudah tua, anak tetap mau mengasuhnya, tidak menempatkannya pada panti jompo. Bila orangtua meninggal, anak sering ziarah kubur ke makamnya, minimal setahun sekali dan mendoakan agar ibu bapaknya mendapat tempat di al Jannah (surga).
Keenambelas, bagaimana membuat birokrasi pemerintahan, Islami dan efektif. Para pejabat dengan semangat Islam, melayani masyarakat dengan sepenuh hati. Mereka anti suap, karena sudah digaji atau dicukupi kehidupannya oleh negara. Pelayanan tidak berbelit-belit, tapi cepat dan tepat.
Ketujuhbelas, bagaimana mengatur tentara dan polisi agar menjaga keamanan masyarakat dengan sebenar-benarnya. Tentara atau polisi tidak lagi mencari uang di jalanan. Kehidupannya sudah ditanggung negara. Tentara dan polisi disatukan dalam satu atap, agar tidak ada saling iri/dengki di sana. Mereka harus dibina dengan Al-Qur’an. Kitab suci yang mulia ini menjadi bacaan sehari-hari mereka.
Kedelapanbelas, bagaimana membuat film, teater, pertunjukan musik, pertunjukan tari, pameran lukisan, pameran kaligrafi dan lain-lain yang Islami dan kreatif. Bidang kebudayaan atau kesenian ini landasannya harus Al-Qur’an dan dilarang pertunjukannya sengaja merangsang syahwat atau mempertontonkan pornografi.
Mungkin itu beberapa poin yang dibicarakan. Waktu diskusi dengan para ulama dan cendekiawan Islam tentang berbagai masalah itu mungkin sekitar dua bulan. Setelah itu Indonesia yang baru akan lahir. Indonesia yang baldatun thayibatun warabbun ghafur. Indonesia dan negara-negara lain akan bergabung membantuk Khilafah Islamiyah ala Minhaji Nubuwwah (Khilafah Islam yang mengikuti manhaj kenabian).
Semoga semua ini bisa terwujud. Wallahu alimun hakim. Wallahu azizun hakim.[]
Nuim Hidayat Dachli, Direktur Forum Studi Sosial Politik