NUIM HIDAYAT

Seandainya Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin Bersatu

  1. Al Jihad

Semangat keunggulan. Amal yang dilakukan tidak cukup dilakukan sekedarnya, tetapi perlu dikerjakan hingga memenuhi kualitas jihad. Jihad fi sabilillah dengan berbagai tingkat dan variasinya.

  1. At Tadhliyyah

Mencapai keunggulan perlu pengorbanan. Spirit untuk selalu memberi. Ruhul badzl. Tidak ada jihad tanpa pengorbanan. Berkorban pada waktu, kesungguhan, harta, dan jiwa demi agama

  1. At Tha’ah

Menaati Allah dan Rasul-Nya dan waliyul amr, baik dalam kondisi susah atau mudah, senang maupun benci. Semangat yang menggebu, pengorbanan yang banyak tidak boleh salah arah. Karena kerja dilakukan secara kolektif, dalam organisasi, ada kerangka strategi yang perlu diperhatikan. Taat adalah mentaati strategi yang telah ditetapkan.

  1. Ats Tsabat

Determinasi diri. Istiqamah, sabar, terus bekerja, meski waktu demikian lama. Waktu adalah bagian dari solusi. Memegang teguh agama, baik dari sisi aqidah, syariah, maupun perbuatan, sekalipun harus memakan waktu yang panjang untuk sampai pada tujuan.

  1. At Tajarrud

Totalitas. Loyalitas terhadap ideologi. Shibghah, mencelupkan diri aqidah secara total. Membersihkan diri dari pemikiran yang bertentangan dengan pemikiran Islam dan dari setiap orang atau teman yang memisahkan antara seorang Muslim dengan loyalitas kepada agamanya.

  1. Al Ukhuwwah

Persaudaraan dalam agama, karena persaudaraan merupakan saudara persatuan dan terapi bagi keterpurukan dan kehancuran, sedangkan perpecahan merupakan saudara kekufuran. Spirit cinta. Hati dan ruh yang berpadu dengan Ikatan aqidah. Dimulai dari lapang dada (salamatus shodr) hingga mengutamakan orang lain (itsar).

  1. At Tsiqah

Kemantapan hati dalam mengontrol perbuatan demi Islam sesuai dengan kaidah Islam yang mengatakan,” tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Khalik.”Tenangnya hati terhadap kompetensi dan kejujuran pemimpin. Peran pemimpin sebagai orang tua dalam ikatan hati, guru dalam memberi ilmu, syaikh dalam pendidikan ruhani dan komandan dalam menentukan kebijakan dakwah. (lihat Sepuluh Rukun Bai’at)

Pengaruhnya yang besar di Mesir ini, nampaknya membuat penguasa Mesir saat itu dengki. Mengapa rakyat Mesir lebih mendengarkan dia daripada aku, mungkin begitu dalam hati sang Raja. Sehingga ia akhirnya dibunuh oleh pasukan-pasukan kerajaan pada usia 43 tahun. Mobilnya yang berada ‘di depan markas Ikhwan’ diberondong peluru oleh para tentara. Jenazahnyapun hanya boleh diiringi oleh keluarganya. Sang raja dan para jenderal khawatir rakyat akan berontak kalau ulama besar Islam ini dibunuh oleh tentara kerajaan.

Tokoh kedua Ikhwanul Muslimin adalah Sayid Qutb. Meski Qutb tidak memegang sebagai pucuk pimpinan di Ikhwan, tapi pengaruh Qutb sangat besar di Ikhwan dan pada rakyat Mesir. Tulisan-tulisan Qutb selalu dinanti oleh mereka. Qutb adalah ulama besar dan ahli sastra. Qutb hafal Al-Qur’an sejak kecil dan lulus dari perguruan tinggi di Mesir dan Amerika.

Syekh Yusuf Qaradhawi menyatakan bahwa betapa sangat gembiranya ia saat itu, ketika muda mendengar buku Sayid Qutb tentang Keadilan Sosial dalam Islam (Al Adalah Ijtimaiyah fil Islam) diterbitkan. Kitab-kitab yang ditulis Sayid Qutb selalu best seller saat itu di Mesir. Baik kitab Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Maalim fit Thariq atau yang lainnya.

Ketika kuliah di Amerika, Qutb menjadi lebih dalam mengetahui tentang keburukan masyarakat Amerika dan pemimpinnya. Sebelum Qutb tidak mengenal Hasan al Bana. Ia mengenal ketika di Amerika. Yaitu saat di negeri Paman Sam itu ia melihat keanehan para pemimpin Amerika berpesta. Ternyata pesta itu diadakan karena Hasan al Bana telah dibunuh di Mesir. Maka Qutb kemudian penasaran mencari siapa Hasan al Bana. Setelah ia mempelajari banyak literatur tentang Ikhwanul Muslimin dan Hasan al Bana, maka sekembali dari Mesir, Qutb langsung masuk dalam pergerakan Ikhwanul Muslimin.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button