INTERNASIONAL

Sejumlah Negara Eropa Tolak Alat Medis Buatan China untuk COVID-19

Jakarta (SI Online)-Sejumlah negara Eropa menolak peralatan buatan China yang dirancang untuk mengatasi wabah virus corona.

Kementerian Kesehatan Belanda mengumumkan penarikan 600 ribu masker wajah pada Sabtu (28/03) lalu.

Peralatan buatan China tersebut tiba pada tanggal 21 Maret lalu dan telah dibagikan ke tim medis garda terdepan.

Para pejabat Belanda mengatakan masker-masker tersebut tidak pas dan penyaringnya tidak bekerja dengan baik, meskipun telah memiliki sertifikasi kualitas.

“Sisa pengiriman barang segera dihentikan sementara dan tidak didistribusikan,” demikian dinyatakan pemerintah Belanda. “Sekarang telah diputuskan untuk tidak memakainya sama sekali.”

Pemerintah Spanyol menghadapi sejumlah masalah yang sama terkait dengan perangkat pengujian yang dipesan dari sebuah perusahaan China.

Spanyol menyatakan telah membeli ratusan ribu perangkat untuk mengatasi virus, tetapi mengungkapkan beberapa hari kemudian bahwa hampir 60.000 buah tidak bisa dipakai dalam memastikan apakah seseorang terkena Covid 19.

Menteri Kesehatan Turki mengangkat masalah serupa selama konferensi pers pada Jumat pekan lalu. Mereka mengatakan sampel kit pengujian cepat dari sebuah perusahaan Cina tidak memenuhi standar efektivitas negara itu.

Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran juga mengumumkan dia memesan lebih dari satu miliar masker, terutama dari China, untuk membantu negara itu memerangi pandemi coronavirus. Masih belum jelas apakah Prancis akan membatalkan pesanannya, Al Jazeera melaporkan.

Kedutaan besar China di Spanyol lewat cuitannya menyatakan perusahaan di balik alat uji ini, Shenzhen Bioeasy Biotechnology, tidak memiliki izin resmi dari pihak kesehatan China untuk menjual produknya.

Sebagai informasi, ratusan ribu kasus virus corona dilaporkan terjadi Eropa. Lebih dari 10.000 orang meninggal dunia di Italia sejak wabah terjadi.

Covid-19 ini pertama kali dideteksi di China pada akhir tahun 2019. Pemerintah menerapkan langkah ‘lockdown’ atau karantina wilayah ketat untuk mengontrolnya.

sumber: BBC News/dbs

Artikel Terkait

Back to top button