RESONANSI

Selamat Jalan Ustadz Syuhada Bahri, Ustadz Teladan

Satu pesan penting dari Ustadz Syuhada Bahri tertanggal 16 September 2020, yang masih tersimpan di HP saya, adalah: “Yang selalu diingatkan Pak Natsir, kita harus menjaga nawaitu. Kita itu harus tahu pukul berapa sekarang. Kita itu harus berbenteng di hati umat. Untaian kata yang memiliki nilai sangat tinggi.”

Saya tidak sempat meminta penjelasan apa makna kata-kata indah itu. Tetapi, saya mencoba memahami, bahwa dalam berdakwah dan seluruh amal perbuatan, masalah niat menjadi yang utama. Jangan diremehkan masalah niat. Sebab, Nabi Muhammad saw sudah mengingatkan, setiap amal tergantung pada niatnya. Dan seseorang mendapat balasan dari Allah, sesuai dengan niatnya.

Hadits tentang niat inilah yang dijadikan sebagai pembuka kitab legendaris karya Imam an-Nawawi: “al-Arba’in an-Nawawiyah”. Ketika mengajar, saya sering mengingatkan para santri, agar memiliki niat yang benar dalam mencari ilmu. Bahkan di Pesantren at-Taqwa Depok, sekarang terpasang spanduk besar di depan gerbang pesantren tentang bahaya niat yang salah dalam mencari ilmu yang ditulis Imam al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah.

Jadi, peringatan Ustadz Syuhada kepada saya itu sangat penting, agar dalam menjalankan aktivitas dakwah, benar-benar diperhatikan masalah niat. Dakwah harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah, karena hanya dengan itu, pertolongan Allah akan datang.

Ungkapan “Kita itu harus tahu pukul berapa sekarang”, memerlukan perenungan yang sangat serius. Saya berusaha memahaminya dari berbagai aktivitas dan tulisan Pak Natsir yang menekankan pentingnya memahami situasi dan kondisi dengan tepat dan cermat. Dulu, setiap datang ke kantor DDII, hal pertama yang ditanya Pak Natsir adalah apa berita penting hari ini di media massa. Dalam buku Fiqhud Da’wah, Pak Natsir menekankan pentingnya berdakwah bil-hikmah. Hampir sepertiga isi buku itu membahas tentang hikmah dalam dakwah.

Sedangkan ungkapan “Kita itu harus berbenteng di hati umat” bisa kita pahami bahwa masalah umat dan masa depannya harus menjadi perhatian utama dalam dakwah kita. Alhamdulillah, selama puluhan tahun mengenal para tokoh dan aktf di Dewan Da’wah, saya merasakan semangat keumatan yang sangat kuat. Para pengurus dan dai-dai Dewan Da’wah di seluruh pelosok Nusantara terus berdakwah untuk kemaslahatan umat dan bangsa, tanpa mengenal lelah, ada dana atau tidak ada dana, dakwah tetap berjalan.

Ustadz Syuhada Bahri juga dikenal dengan ajakannya agar kita selalu berdakwah ilallah; berdakwah mengajak kepada Allah, bukan kepada kelompok; bukan kepada fanatisme golongan (ashabiyyah). Karena itulah, Dewan Da’wah memiliki salah satu prinsip dakwah: “merekat ukhuwah.”

Itulah beberapa keteladanan dan pesan-pesan penting Ustadz Syuhada Bahri. Ternyata, pada 12 Mei 2021, beliau pernah mengirim WA ke saya. Petikan isinya: “Bismillah, di penghujung Ramadhan tahun ini, saya hanya bisa tertunduk sedih, ditemani oleh deraian air mata. Hawatir Ramadhan tahun ini merupakan yang terakhir bagi saya…”

Ternyata, benarlah apa yang beliau tulis itu. Allah memanggil Ustdaz Syuhada di hari yag mulia, Hari Jumat. Semoga Allah menempatkan beliau di tempat yang mulia. Dan kami semua dapat melanjutkan perjuangan beliau. Selamat jalan Ustadz Syuhada, Ustadz Teladan!

Depok, 18 Februari 2022.

Dr. Adian Husaini, Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII)
(www.adianhusaini.id)

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button