MUHASABAH

Semua Bisa Dapat Rahmat Allah

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tu-hannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al Baqarah: 155-157)

Musibah kepemimpinan, musibah wabah dan musibah-musibah lain pasti akan menimpa siapapun sebagai konsekuensi logis dari hidup di dunia, artinya selama kita masih berada dunia akan mendapat ujian silih berganti sampai kita meninggal.

Setelah meninggal, jika sukses dan masuk surga maka selesai segala ujian. Jika gagal dan masuk neraka maka mendapat siksa yang lebih sengsara dari musibah di dunia.

Salah satu proses memperoleh sabar adalah mengembalikan segalanya kepada Allah (innaa lillahi wa innaa ilaihi raji’uun) sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya.

Musibah Covid-19 manusia berusaha Allah berkuasa, Ulama sudah menegaskan tawakkal kepada usaha atau ikhtiar bagian dari kesyirikan.

Dari sisi akidah, kita tidak terpapar Covid bukan karena pakai maskernya, jaga jaraknya, atau rajin berjemurnya, karena rajin minum jahe dan sebagainya. Karena yang kita sebut ini adalah ikhtiar dan urusannya adalah berpahala dan berharap tidak terpapar dalam doa serta munajat. Adapun jika tidak terkena karena Allah tidak menghendaki terkena.

Jika kita terpapar juga bukan karena tidak pakai masker, tidak jaga jarak, tidak melakukan usaha/ikhtiarnya namun juga semata-mata karena Allah berkehendak demikian.

Yang sehat kembali karena Allah berkehendak demikian dan yang diwafatkan karena Allah berkehendak. Dari semuanya, yang terpapar, tidak terpapar, sehat atau wafat jika di sisi Allah SWT kategorinya menjadi orang-orang yang sabar maka akan mendapat penghargaan tinggi, Rahmat Allah dan selalu dalam petunjuk-Nya.

Yang tidak terkena sabar dengan usahanya pakai masker, prokes jaga jarak, makan yang sehat, cukup istirahat dan menjaga asupan penguat imun, menjaga pikiran dan hati penguat iman.

Yang terkena sabar menerima dan berusaha yang tidak melanggar Syari’at Islam, musibah yang dihadapinya telah Allah tetapkan sebelum dunia ini diciptakan (QS. Al Hadid ayat 22), sabar. Belum dapat berkumpul baik di masjid atau di tempat lain, tetap mendekat kepada Allah dan memohon kesembuhan serta ampunan dosa-dosa.

Sebagaimana salah satu doa tidur: Bismika Rabbii, Wadla’tu Jambi, Wabika Arfa’uhu, in amsakta nafsii farhamha wa in arsaltaha fahfadhhaa kamaa hafidhta bihi ibafaka ash Sholihin.

(Dengan nama-Mu wahai Rabbku hamba meletakkan sisi tubuhku (tidur miring) dan dengan nama-Mu hamba kami bangun (mengangkat tubuhku) jika engkau tahan jiwa kami (wafat) maka berilah rahmat-Mu dan jika engkau kembalikan jiwa kami kepada tubuh kami maka jagalah jiwa kami sebagaimana engkau jaga jiwa orang-orang yang shalih) Jadi akhir dari sakit tidak tahu apakah sehat atau wafat, tetap harus dimunajatkan.

Yang sehat kembali tetap sabar untuk menggunakan waktu dan sehatnya untuk menguatkan iman dan meningkatkan kualitas amal shalih agar layak menjadi orang bertakwa.

Yang wafat akan sabar kalau orang tersebut paham bahwa kematian karena wabah bagi orang beriman yang telah menghadapi wabahnya dengan tetap bersama Allah adalah mati syahid.

Semua akan mendapat Rahmat Allah jika berhasil dalam kesabaran. Wallahua’lam

Ustaz Abdul Khalim
Ketua Dewan Dakwah Kota Bogor

Artikel Terkait

Back to top button