Serangan Pejuang Palestina Terus Berlanjut, Teknologi Israel Lumpuh Total
Akbiat konflik Hamas-Israel yang pecah pekan lalu, banyak operasional bisnis yang tutup. Mata uang Israeli New Shekel jatuh ke level terendah dalam hampir delapan tahun terhadap dolar AS pada awal pekan ini.
Indeks saham utama Tel Aviv turun sebanyak 7% dan harga obligasi pemerintah turun hingga 3% sebagai respons awal pasar terhadap serangan paling berdarah terhadap Israel dalam beberapa dekade terakhir.
“Ini adalah disrupsi yang besar untuk bisnis,” kata Jack Ablin, CEO dan co-founder Cresset Wealth Advisors, dikutip dari Reuters, Senin (9/10) lalu.
Menurut dia, jika konflik ini berlanjut, maka bisa jadi banyak tenaga kerja di perusahaan teknologi yang akan ditugaskan menjadi pasukan militer.
Chief Global Strategist di LPL Financial Quincy Krosby mengatakan perusahaan teknologi yang beroperasi di Israel perlu mengerahkan upaya untuk melindungi fasilitasnya dari serangan yang berlangsung.
Serangan Hacker ke Israel
Baru-baru ini dilaporkan kelompok hacker yang terkait dengan Rusia dilaporkan menyerang situs pemerintah dan media Israel.
Killnet, sebuah kelompok yang konon terdiri dari hacker relawan patriotik Rusia, mengumumkan pada Ahad (8/10), bahwa mereka akan menargetkan semua sistem pemerintah Israel dengan serangan penolakan layanan terdistribusi, sejenis serangan siber yang dikenal sebagai DDoS dan membanjiri situs web dengan lalu lintas atau traffic.
Kelompok tersebut menyalahkan Israel atas pertumpahan darah yang terjadi dan menuduh negara tersebut mendukung Ukraina dan NATO.
Killnet kemudian mengklaim pihaknya telah mematikan situs web pemerintah Israel dan situs badan keamanan Shin Bet selama jangka waktu tertentu pada akhir pekan lalu.
Klaim kelompok tersebut tidak dapat dibuktikan dengan gamblang.
Sementara itu, Anonymous Sudan, sebuah kelompok hacker yang dicurigai oleh para ahli keamanan siber sebagai kelompok depan Rusia, menyatakan dukungannya terhadap perlawanan Palestina.
Mereka mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap situs web Jerusalem Post, dan menjadikannya offline beberapa saat pada Senin (9/10) pagi.