MAHASISWA

Sikap Optimis Hadapi Covid-19

Saat ini kita sedang menghadapi sebuah fenomena global yang menguras daya pikiran dan pekerjaan manusia. Virus Corona melumpuhkan sebagai aktivitas manusia dari segala sektor, baik itu ekonomi, kegiatan sosial, politik dan sisi kebudayaan.

Data suspect covid-19 yang dilansir dari Kompas.com per 22 Juni 2020, tercatat kasus pasien positif mencapai 46.845 kasus dan yang dinyatakan meninggal mencapai 2.500 orang, serta pasien sembuh mencapai angka 18.735 orang. Organisasi kesehatan dunia WHO telah mengumumkan wabah corona sebagai pandemi, karena belum ditemukan obat serta metode penularannya secara pasti terhadap kasus Covid-19.

Upaya Pemerintah

Pada awal ramai isu wabah virus corona, masyarakat Indonesia merespon fenomena global ini dengan berbagai reaksi. Ada yang merespon dengan tenang, serius, sampai ada yang merespon dengan berbagai candaan. Hingga akhirnya pada 2 Maret 2020, Pemerintah menyatakan bahwa ada dua warga Indonesia yang positif terjangkit virus corona yang mewabah.

Upaya Pemerintah rupanya mempengaruhi situasi dan kondisi psikologis dan sosiologis masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat yang tinggal di wilayah korban yang positif terjangkit virus corona. Hal demikian dikatakan oleh Anne Kerr dalam bukunya yang berjudul “Genetics and Society: A Sociology of Disease” menjelaskan bahwa fenomena wabah penyakit di masyarakat dapat membuat masyarakat mengalami kecemasan (anxiety) dan ketakutan (fear).

Penurunan produktivitas kegiatan ekonomi warga negara akan berdampak pada tingkat pertumbuhan ekonomi negara yang salah satunya yaitu pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Tidak hanya itu, berimbas juga pada sektor pendidikan dengan mengalihfungsikan kegiatan belajar mengajar yang mendapatkan banyak pro dan kontra.

Wabah Menular di Zaman Rasululullah Saw

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa, sebagian negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, mestinya mengetahui akan pesan untuk selalu menjaga kebersihan sebenarnya telah disampaikan oleh Rasulullah Saw sekitar 14 abad yang lalu. Baik melalui ucapan maupun teladan langsung dari Nabi Muhammad Saw sebagai Rasulullah Saw, dalam sebuah hadis disebutkan: “Seorang mukmin yang kuat (fisik, mental, jiwa, dan raga) lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR Muslim) dalam riwayatnya.

Pada masa Rasululullah Saw, istilah wabah dikenal dengan “thaun” atau penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas misalnya wabah cacar, disentri, pes, kolera. Kata “thaun” dan “waba” sering digunakan untuk menyebut epidemi. Kata “waba’” dan “tha’un” ini yang kemudian sering disematkan oleh ahli agama untuk Covid-19 atau virus corona yang terjadi pada awal 2020 di Indonesia dan berbagai negara di dunia.

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, diriwayatkan dari Hafshah binti Sirin bahwa ia menceritakan, Anas bin Malik berkata, “Rasulullah bersabda: Orang yang mati karena wabah thaun adalah mati syahid”. Akan tetapi subtansi hadist ini masih dalam pengkajian lebih jauh oleh ulama terkait hadist demikian terkait sebab-sebab kematian dalam pandemik.

Prinsip Hadapi Wabah

Rasulullah Muhammad Saw meneladankan sikap kepada para sahabatnya jika menghadapi wabah dan pengidap penyakit menular, adapun prinsip penangan wabah seperti yang dicontoh oleh Baginda Rasulllah Saw yaitu:

Tidak masuk atau keluar di negeri yang sedang mengalami wabah

Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).

Gaya Hidup Sehat

Nabi Muhammad juga sangat menganjurkan umatnya untuk mematuhi praktik higienis. Gaya hidup sehat akan membuat orang tetap sehat dan aman dari infeksi. Karena itu, dikatakan dalam hadis: “Kesucian itu sebagian dari iman.” Di antara cara menjaga kesucian adalah mencuci tangan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis lain: “Barang siapa tertidur dan di tangannya terdapat lemak (kotoran bekas makanan) dan dia belum mencucinya, lalu dia tertimpa oleh sesuatu, janganlah dia mencela melainkan dirinya sendiri.” (HR Abu Daud).

Bersabar

Nabi Muhammad Saw juga menganjurkan pula kepada umatnya untuk bersabar ketika menghadapi wabah penyakit. Pernah ketika menghadapi wabah penyakit Thaun, Rasulullah bersabda; “Tha’un merupakan azab yang ditimpakan kepada siapa saja yang Allah kehendaki. Kemudian Dia jadikan rahmat kepada kaum Mukminin.” (HR. Bukhari).

Semangat Kepedulian

Anjuran menghindari seorang yang sedang mengidap penyakit menular bukan berarti harus dikucilkan tetapi untuk mencegah penularan. Dalam hal itu pengidap perlu mawas diri terhadap kondisi lingkungan untuk menciptakan kepedulian orang lain akan kesehatan.

Optimis

Pesan yang tidak kalah penting daru Rasulullah Saw ketika tertimpa musibah wabah adalah tetap membangun prasangka baik dan berdoa dan tetap berikhtiar sekuat tenaga. Rasulullah Saw bersabda: ”Tidaklah Allah SWT menurunkan penyakit, kecuali Dia juga menurunkan penawarnya. (HR Bukhari ).

Berdoa

Sebagai orang yang beriman kepada Allah SWT kita kaum muslimin wajib percaya kepada kekuasaan Allah SWT dan segala perintah dan larangan-Nya, semua ketentuan Allah SWT adil dan penuh hikmah.

Sebagai akhir dari sebuah pesan penulis, maka perlu kita tetap bersifat waspada dan hati-hati dalam menghadapi segala sesuatu dan menjaga kesehatan sesuai dengan apa yang telah di lakukan oleh Rasulullah Saw sebelumnya.

Annisa Wulandari
(Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan Jakarta)

Artikel Terkait

Back to top button