SUARA PEMBACA

Simalakama Vaksin Covid-19

Kehidupan masyarakat di tengah pandemi, penuh dengan perjuangan. Tidak hanya harus selamat dari virus, tapi juga mesti  bertahan dari berbagai masalah turunan yang muncul akibat pandemi. Angka positif Covid pun terus menanjak secara signifikan. Sementara tenaga kesehatan telah tumbang satu demi satu. 

Berita terbaru dilansir dari Tempo.co (20/12/2020) hampir 20 ribu orang telah meninggal karena Covid-19 di Indonesia. Tepatnya 19.880, dilaporkan sejak kasus pertama penyakit itu dideteksi Maret lalu hingga laporan terkini yang diberikan pada Ahad, 20 Desember 2020.

Angka yang fantastis. Ribuan nyawa melayang akibat pandemi. Ironisnya, berbagai klaster terus bermunculan menjadi titik baru penyebaran virus. Maka keberadaan vaksin pun seharusnya menjadi angin segar bagi masyarakat. Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Vaksin tidak lagi menjadi harapan kesembuhan, sebab ternyata masyarakat justru berbalik menghindarinya. 

Padahal, sebanyak 1,2 juta dosis vaksin virus corona buatan perusahaan farmasi China, Sinova, telah tiba di Indonesia pada Ahad (6/12/2020) malam lalu. Selanjutnya 1,8 juta dosis vaksin lain akan tiba pada Januari 2021. Selain itu, 45 juta dosis bahan baku curah untuk pembuatan vaksin Covid-19 pun akan tiba dalam dua gelombang. Pertama sebanyak 15 juta dosis dan gelombang kedua 30 juta dosis (Kompas.com, 20/12/2020).

Sangat disayangkan, Sinovac malah telah masuk ke Indonesia, sementara ia masih dalam proses uji klinis fase 3. Karenanya keamanan dan keefektifannya, diragukan. Padahal tingkat efikasi atau kemanjuran merupakan unsur penentu bagi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengeluarkan izin edar darurat suatu vaksin atau obat.

Hal ini tentu mengurangi rasa percaya masyarakat terhadap penguasa. Pada akhirnya bentuk kepedulian negara terhadap layanan kesehatan, baik itu melalui tindakan kuratif hingga preventif, tidak disambut dengan baik. Vaksin yang diharapkan dapat  meningkatkan imun tubuh, malah tidak digandrungi masyarakat di tanah air.

Tingkat pemahaman masyarakat yang sudah semakin tinggi, menjadi sebab penolakan ini. Berbagai berita dengan mudah diakses, membuat masyarakat mampu menakar, sejauh mana Sinovac yang diperuntukkan bagi masyarakat ini, aman dikonsumsi.

Seperti dilansir Al Jazeera, bahwasanya Sinovac adalah vaksin yang paling lemah dibanding kandidat lainnya. Sedangkan Pfizer dan Moderna diklaim bisa mencapai kisaran angka 90%, yakni paling tinggi menimbulkan respon imun. Meski demikian, World Health Organization (WHO) sendiri belum menentukan vaksin mana yang layak dipakai.

Apalagi China sebagai produsen Sinovac, malah menggunakan BioNTech Jerman. Ini tentu menambah daftar panjang keraguan masyarakat terhadap vaksin yang satu ini. Gonjang-ganjing Sinovac pun ternyata tidak hanya terjadi negeri sendiri, akan tetapi juga di beberapa negara, seperti Brasil, Kamboja dan Filipina.

Meski kemudian seluruh perkara di atas tadi dibantah dengan berita terbaru, yang menyatakan bahwa Sinovac aman. Namun perang pemikiran tak pelak terjadi di tengah umat. Pengaruh geopolitik pun menjadi salah satu faktor yang menjadikan masyarakat ragu terhadap penggunaaan Sinovac.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button