SUARA PEMBACA

Sisi Negatif Ekonomi Digital: Sumbang Rusaknya Generasi

Seiring kemajuan teknologi setiap orang dituntut untuk membuka diri dan turut mengikuti kemajuan ini. Dimulai dari individu, komunitas bahkan sekelas industri dituntut produknya harus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi ini.

Era digitalisasi terus berkembang dalam setiap lini kehidupan tak terkecuali di bidang ekonomi. Ekonomi digital pun menjadi tuntutan pasar kian bersaing ketat. Dengan berbagai cara dilakukan untuk kepentingan bisnis. Terkhusus industri pertelevesian selalu berusaha meng-update tayangannya agar sesuai dengan selera pasar.

Namun, kita pun tidak menutup mata dan telinga bahwa fakta kerusakan tersebab teknologi pun sedemikan mengkhawatirkan. Hal ini saya mewakili suara Maimon Herawati yang khawatir akan tontonan yang saat ini sedang menyedot perhatian khususnya penggemar Kpop. Siap tak kenal dengan girl band asal korea, Blackpink. Pasalnya platform online shop Shopee menjadikan sebagai bintang iklannya. Ada yang pro dan ada yang kontra datang dari para orangtua yang mengkhawatirkan anaknya menonton dan mengikuti apa yang ditontonnya. Kita tentu tahu bagaimana gaya berapakaian girl band dari negeri ginseng itu.

Iklan Blackpink dianggapa tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Maimon Herawati salah seorang dosen di salah satu PTN di Jawa Barat ini membuat petisi penghentian iklan ini (pontianak.tribunnews, 12/12/2018). Maimon Herawati adalah sosok di balik penggagas petisi tersebut pun tak luput dari ‘amukan’ pada fans Blackpink. Dan yang menyedihkan inisiatif Maimon ini dipetisi balik oleh penggemar Blackpink sebagaimana dilansir dari tirto.id (10/12/2018) fans Blackpink juga membuat petisi tandingan dengan judul “Menolak Pemboikotan Iklan Shopee Blackpink” yang juga dimuat di laman Change.org dan ditujukan kepada Seluruh Kpoper Indonesia. Petisi tersebut berisi statemen yang mengatasnamakan kpopers bahwa mereka menolak iklan shopee Blackpink diboikot.

Industri Sekuler Mengedepankan “Kepentingan Bisnis”

Tak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi bak dua mata pisau, terdapat sisi positif dan juga negatif. Terlebih industri media saat ini tidaklah memiliki filter mana yang sekiranya pantas menjadi konsumsi generasi muda yang sarat akan edukasi dan tuntunan positif.

Maka, kita saat ini yang kita saksikan bahwa industri media menayangkan iklan produk fashion, kosmetik, dan produk lain yang menjadikan keindahan jasadiyah menjadi faktor utama yang menjadikan sebuah produk itu digandrungi oleh pasar walaupun isinya mengabaikan nilai-nilai moral bahkan nilai syariah itu sendiri. Muncul pertanyaan besar bahwa cukupkah kita membentengi diri sendiri dengan hal ini? Apakah masalah ini adalah hal yang berdiri sendiri?

Sungguh tidak, dampak negatif dari ekonomi digital ini bukan hanya berdiri sendiri. Kerusakan moral generasi yang terjadi disebabkan karena negara melanggengkan gaya hidup bebas dan hedonisme. Sesuang baik apabila daat mendatangkan materi dan kepuasan jasad semata. yang kebablasan dari cara hidup liberal telah menghalalkan berbagai sarana pemuasan nafsu, tanpa memandang lagi akibat yang ditimbulkan. Negara membiarkan rakyatknya menyaksikan serbuan tontonan mulai dari sinetron, lagu-lagu, bahkan iklan yang tidak berfaedah tidak sedikit tayangannya memicu syahwat karena pakaian pemerannya kurang senonoh.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button