Soal Pernyataan Larangan Ikuti Pemerintahan Nabi, Buya Yahya: Itu Bahaya Sekali
Cirebon (SI Online) – Ulama kharismatik asal Cirebon Buya Yahya meluruskan pendapat yang menyatakan tentang larangan meniru pemerintahan Nabi Muhammad Saw.
“Kalau sampai ada orang yang mengatakan dilarang mengikuti pemerintahan seperti Nabi, itu salah paham, maksudnya apa? Nabi itu mendidik sahabatnya untuk mengatur tugas kenegaraan, mengatur ekonomi, termasuk mengatur rumah tangga, itu yang akan kita ambil,” kata Buya Yahya dikutip Suara Islam Online, Selasa (4/2) melalui video ceramahnya di chanel Al Bahjah TV.
Pengasuh Ponpes Al Bahjah Cirebon itu mengatakan, akan sangat mudah memahami masalah ini jika dilandasi dengan keimanan dan kejujuran. “Kalau anda jujur dan rindu akan iman dan Islam, akan sangat mudah memahami ini, karena Islam ajarannya yang sangat jelas,” kata Buya.
Menurutnya, ajaran Nabi kalau kita terapkan untuk mendirikan sebuah pemerintahan itu sangat benar. “Jangan sampai mengatakan dilarang meniru pemerintahan Nabi, alasannya karena mungkin Nabi sudah tidak ada. Nabi telah wafat tapi sudah disempurnakan agama ini, tinggal kita mengambil sumber yang besar ini untuk membuat tatanan negara,” jelas Buya.
Meski demikian, kata Buya, ada ranah ijtihad negara-negara seperti Indonesia, Brunei dan lainnya. “Kalau niru 100 persen seperti Nabi itu tentu tidak bisa, tetapi jangan mengatakan kaffah itu tidak boleh. Jangan sampai merasa tidak mampu lalu tidak meniru Nabi, hati-hati ini menyesatkan. Ketahuilah Nabi diutus Allah untuk diikuti,” tuturnya.
“Maka sangat salah kalau tidak boleh meniru yang dibawa Nabi dalam soal pemerintahan. Kalau anda ingin membenarkan sebuah tatanan, benarkan tatanan ini tidak bertentangan dengan syariat, itu cukup, tanpa harus mengatakan dilarang mengikuti pemerintahan Nabi. Misalkan saya mengatakan Indonesia dengan Pancasila tidak bertentangan dengan syariat Nabi, selesai. Tanpa harus merendahkan syariat Nabi bahkan mengatakan dilarang mengikuti pemerintahan Nabi, itu bahaya sekali,” tambah Buya.
Ia menjelaskan, ada tiga jenis manusia yang tidak bisa meyakini tentang luasnya Islam. Pertama, orang yang tidak tahu, “Kalau tidak tahu belajar, jangan ngomong banyak tentang Islam” pesan Buya.
Lalu yang kedua orang diluar Islam, dan ketiga orang munafik yang punya kepentingan sesaat dengan urusan yang macam-macam. “Kalau orang yang tahu, tidak mungkin bicara seperti itu, ini soal iman kok, iman artinya meyakini syariat Allah dan Rasul-Nya berlaku di setiap zaman dan setiap tempat. Yang dibuat Nabi harus ditiru semampu kita, kalau tidak mampu jangan katakan tidak boleh,” jelasnya.
Oleh karena itu, Buya Yahya mengingatkan untuk berhati-hati dalam membuat pernyataan. “Yuk kita berhati-hati dalam bertutur kata,” kata dia. Pihaknya hanya bicara untuk mengagungkan Islam disaat ada upaya yang merendahkan Islam.
Pembahasan soal pemerintahan Nabi ini muncul, ketika ada pertanyaan dari jemaah kepada Buya Yahya tentang pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD soal larangan meniru pemerintahan Nabi. Namun Buya menjawabnya tidak dalam rangka menanggapi pernyataan tersebut, tidak membahas personel, tetapi lebih kepada pelajaran bagi semua.
red: adhila