Soekarno Anti Ahmadiyah dan Rotary
Suatu hari, tersiar kabar bahwa Soekarno yang sedang berada dalam pembuangan di Endeh, Flores, Nusa Tenggara Timur, masuk menjadi anggota Ahmadiyah. Tak hanya itu, Soekarno juga dikabarkan mendirikan cabang Ahmadiyah dan akan menjadi propagandis wilayah Celebes (Sulawesi, red). Kabar tentang Soekarno itu ditulis di surat kabar “Pemandangan.” Tentu saja banyak orang bertanya-tanya, benarkah Soekarno menjadi pengikut organisasi pengikut nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad?
Atas tersiarnya kabar itu, maka Ustaz A. Hassan, guru utama Persatuan Islam (Persis) yang juga sahabat Soekarno, berkirim surat kepada tokoh nasional tersebut. A.Hassan yang pernah melakukan debat secara terbuka dengan Ahmadiyah di Batavia dan Bandung, terkejut dengan isu tersebut. Karenanya, ia berkirim surat ke Endeh, tempat Soekarno diasingkan. Soekarno yang terkejut dengan kabar miring itu kemudian menjawab lewat telegram bahwa kabar yang beredar tersebut adalah bohong.
Atas fitnah yang beredar itu, maka Soekarno kemudian mengirim surat pembaca kepada redaksi surat kabar “Pemandangan.” Tulisan Soekarno ini kemudian dimuat juga dalam buku “Di Bawah Bendera Revolusi Jilid 1, halaman 345).
Endeh, 25 November 1936
Yth. Tuan-tuan
Redaksi “Pemandangan” Jakarta
Beberapa hari yang lalu saya mendapat surat “vlieg-post” ke Kupang, dari Kupang ke Endeh dengan kapal biasa, dari seorang kawan di Bandung, bahwa “Pemandangan” telah memuat satu entrefilet, bahwa saya telah mendirikan cabang Ahmadiyah dan akan menjadi propagandis Ahmadiyah di bagian Celebes (Sulawesi, red).
Walaupun “Pemandangan” yang memuat kabar itu belum tiba di tangan saya, dus, belum saya baca sendiri—lantaran kapal dari Jawa tiga hari lagi baru datang, maka karena orang yang mengasih kabar kepada saya itu saya percaya, segeralah saya minta kepadanya membantah kabar dari tuan-tuan punya reporter itu.
Saya bukan anggota Ahmadiyah. Jadi mustahil saya mendirikan cabang Ahmadiyah atau menjadi propagandisnya, apalagi “buat bagian Celebes!” Sedang pelesir ke sebuah pulau yang jauhnya hanya beberapa mil saja dari Endeh tidak boleh!
Di Endeh memang saya lebih memperhatikan urusan agama dari pada dulu. Di samping saya punya studie sociale wetenschappen, rajin jugalah saya membaca buku-buku agama. Tetapi saya punya keislaman tidaklah terikat satu golongan. Dari Persatuan Islam Bandung saya banyak mendapat penerangan itu. Kepada Tuan Hassan dan Persatuan Islam, saya di sini mengucapkan saya punya terima kasih, beribu-ribu terima kasih.
Kepada Ahmadiyah pun saya wajib berterima kasih.
Saya tidak tidak percaya bahwa Mirza Ghulam Ahmad seorang Nabi, dan belum percaya pula bahwa ia seorang mujaddid. Tapi ada buku-buku keluaran Ahmadiyah yang saya mendapat banyak faedah daripadanya: “Moehammad the Prophet” dari Muhammad Ali, “Inleiding tot Studie van den Heileigen Qoeran,” juga dari Muhammad Ali, “Het Evangelie van den Daad” dari Chawadja Kamaluddin, “De Broonen van het Christendom” dari idem, dan “Islamic Review” yang banyak memuat artikelen yang bagus.