NUIM HIDAYAT

Strategi Musuh Islam Hadapi Ikhwanul Muslimin

Strategi yang dilakukan musuh Islam, pertama-tama adalah menyebarkan rasa tidak percaya terhadap tujuan organisasi Ikhwanul Muslimin, kemudian mengadu dombanya dengan pemerintah. Musuh-musuh Islam menghasut pemerintah agar membubarkan jamaah Ikhwanul Muslimin.

Pada 1935, Inggris telah meminta Perdana Menteri Nuhas untuk membubarkan jamaah ini, disebabkan ketakutannya yang berlebihan. Namun permintaan ini ditolak. Pada tahun 1941 Inggris kembali menyarankan kepada Perdana Menteri Husein Sirri untuk membubarkan jamaah tersebut, tetapi ditolaknya.

Maka pada tahun 1942, Inggris menghasut pemerintahan Partai Wafd supaya membubarkan Ikhwanul Muslimin dan menutup semua cabangnya. Nuhas sewaktu menjadi Perdana Menteri Mesir mengabulkan tuntutan Inggris tersebut, tetapi beberapa waktu kemudian ia mencabut keputusannya dan kembali membolehkan semua cabang Ikhwanul Muslimin dibuka kembali, setelah Hasan al Bana membatalkan pencalonan dirinya sebagai anggota parlemen.

Baca juga: Kehebatan Ikhwanul Muslimin Melawan Inggris dan Yahudi

Selanjutnya Inggris berusaha mengadu domba antara Raja Faruq dengan Ikhwanul Muslimin. Mereka memprovokasi raja dengan mengatakan, bahwa Hasan al Bana ingin mendirikan negara Islam kecil dengan kota al Quds sebagai pusatnya dan menyatukan seluruh dunia Islam di bawah satu pemerintahan, sehingga di dunia Islam hanya ada satu pemerintahan.

Strategi ini merupakan konspirasi besar yang mempertemukan kepentingan Inggris, Raja Faruq dan pemerintah yang dipimpin Mahmud Fahmi Naqrasyi, Ibrahim Abdul Hadi dan wakilnya. Pada 1948 Inggris memerintahkan kepada Naqrasyi agar membubarkan jamaah Ikhwanul Muslimin.

Hal ini dibuktikan oleh telegram yang dikirimkan oleh Panglima Militer Inggris di Mesir kepada intelijen Inggris. Bunyi telegram tersebut sebagai berikut:

“Berkaitan dengan pertemuan di kota Faid, 10 November 1948 yang dihadiri oleh Raja Inggris, Pemimpin Amerika dan Prancis, maka dengan ini saya memberitahukan kepada anda tentang langkah-langkah yang harus diambil melalui kedutaan besar Inggris di Kairo, agar membubarkan organisasi Ikhwanul Muslimin.”

Inggris menyampaikan tentang rencana tersebut kepada pihak istana dan kerajaan. Pihak kerajaan menyetujui konspirasi ini. Kemudian diinstruksikan supaya menggunakan kekuatan militer untuk membubarkan Ikhwanul Muslimin, menangkap para anggotanya, merampas harta kekayaannya, perusahaan-perusahaannnya, yayasan dan segala macam ikatan yang ada hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin.

Anehnya mereka tidak menangkap pemimpin Ikhwanul Muslimin sendiri, yaitu Hasan al Bana, bahwa dia hanya diawasi oleh intelijen pemerintah saja.

Syeikh al Bana telah meminta kepada pemerintah untuk memenjarakannya dan membebaskan anggota-anggota Ikhwanul Muslimin lainnya, atau mengasingkan beliau ke suatu negara Islam, tetapi permintaan beliau ini ditolak oleh pemerintah yang otoriter. Sebab mereka bermaksud untuk membunuh Hasan al Bana.

Maka pada 12 Februari 1949, saat ulang tahun Raja Faruq, polisi rahasia di bawah pimpinan Ibrahim Abdul Hadi dan Raja Faruq sendiri melepaskan tembakan ke arah Hasan al Bana. Beliau tidak meninggal di tempat terjadinya penembakan, dan baru menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit Qasrul Ain, setelah mendapatkan perawatan.

Para dokter dan perawat di rumah sakit tersebut diperintahkan untuk tidak memberikan perawatan dengan baik kepada beliau, dan membiarkan beliau mengalami pendarahan sampai tiba ajalnya.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button