Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia (2)
Hal yang sangat penting dalam sumbangan Peradaban Islam ke dunia adalah dalam masalah ilmu. Islam telah memberikan sumbangan yang besar ke peradaban dunia saat ini sehingga ilmu dan teknologi berkembang pesat untuk kesejahteraan manusia.
Tidak seperti agama Kristen, dalam sejarah Islam tidak pernah ada pertentangan antara Ilmu Keislaman dan Sains. Fakta ini diakui sendiri oleh orientalis Barat yang berasal dari Jerman, Sigrid Hunke saat membandingkan ilmu dalam pandangan Islam dan ilmu dalam pandangan Nasrani-Barat pada abad pertengahan. Saat itu terjadi pertentangan antara agama (Kristen) dan ilmu pengetahuan di Eropa yang melumpuhkan pergerakan ilmu pengetahuan. Hal itu terjadi sampai pertengahan abad ke-16, hingga terjadi pemberontakan terhadap Gereja dan timbul revolusi ilmiah di Eropa.
Di antara masalahnya adalah ilmuwan yang bernama Copernicus pada tahun 1543M menyampaikan penemuan ilmiah tentang bumi yang berputar dan matahari adalah pusat orbit alam semesta. Penemuan ini tentu saja merupakan bencana bagi bangsa Eropa saat itu. Hal ini juga bertentangan dengan keyakinan Gereja, sehingga Gereja menolak penemuan ilmiah itu. Al-Fargani (Alfraganus) sekitar 860 M menulis kitab “Ushul al-Falak” (Prinsip-prinsip astronomi) dan Jawami Ilm an-Nujum wa Ushul al-Harakah as-Samawiyyah (penjelasan lengkap tentang bintang dan prinsip-prinsip gerakan langit). Buku terakhir ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada 1493 dan menjadi buku rujukan penting bagi Copernicus dalam menyusun teorinya –pen).
Baca juga:
Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia (1)
Peradaban Islam: Peradaban Ilmu dan Tulisan
Minuman di Peradaban Islam
Pengadilan di Eropa dalam masa 18 tahun -1481-1499M- telah mengadili kurang lebih 10.280 orang, dengan cara membakar mereka hidup-hidup dan sekitar 6.870 orang yang setelah dipertontonkan di publik, kemudian digantung. Ada 77.320 orang yang disiksa dengan berbagai macam siksaan. Saat itu ada pula aturan larangan membaca buku Galileo (penerus Copernicus), Jurda Niyourno dan Newton karena pendapat mereka berbeda dengan undang-undang yang berlaku. Pemerintah juga memerintahkan untuk membakar buku-buku mereka. Kardinal Ikmines membakar sebanyak 800 buku ensiklopedi secara langsung di benteng Granada karena buku-buku itu dianggap bertentangan dengan pemikiran gereja.
Diantara yang menentang keditaktoran gereja juga waktu itu adalah Voltaire dan Descartes. Puncak dari pemikiran ilmiah menentang gereja ini adalah terbentuknya The France National Assembly (Perhimpunan Kebangsaan Perancis) pada tahun 1890. Setelah sebelumnya meletus Revolusi Perancis 1789-1799 yang menghapuskan kekuasaan raja, aristokrat, gereja, dan digantikan oleh republik demokratik sekuler. Pada tahun 1905, Pengadilan Perancis menyatakan bahwa harus ada pemisahan antara agama dan negara.
Kasus di Barat tentang adanya penentangan agamawan (gereja) dan sains tidak pernah terjadi dalam sejarah Islam. Karena Islam datang dengan perhormatan terhadap ilmu pengetahuan. Wahyu yang pertama turun kepada Rasulullah saw adalah tentang pentingnya membaca (Iqra’). Wahyu yang pertama ini sengaja dipilih Allah SWT sebagai kunci memahami agama, kunci memahami dunia, bahkan kunci menguak rahasia akhirat, dimana seluruh manusia akan dimintai pertanggungjawaban.
Prof Raghib as Sirjani menghitung ada 779 kali penyebutan kata ilmu (dan turunannya) dalam Al-Qur’an. Ini baru berasal dari kata ilmu dengan tiga huruf asal (ain, lam, mim). Selain itu terdapat banyak kalimat lain yang mengarah pada makna ilmu tapi tidak disebutkan menurut lafadznya. Seperti: yaqin, huda (petunjuk), akal, al fikru, nazhar, hikmah, fiqih, burhan, dalil, hujjah, ayat, bayinah dan sebagainya, yang merupakan makna-makna yang berada di bawah ruang lingkup makna ilmu. Begitu pula dalam Sunnah Nabawiyah sangat banyak berbicara tentang pentingnya ilmu.
Dalam surat al-Baqarah 30-34, dapat dilihat bahwa Nabi Adam diberikan kemuliaan ilmu oleh Allah SWT, sehingga kedudukannya ‘lebih mulia’ dari malaikat. Dengan bekal ilmu inilah, Nabi Adam (manusia) bertugas untuk memakmurkan bumi ini, agar semua mengabdi beribadah kepada Allah SWT. (BERSAMBUNG).
Nuim Hidayat, Penulis Buku “Agar Batu Bata Menjadi Rumah yang Indah”