Surat Cinta untuk Kiai Ma’ruf
Tolong bisikkan kepada presiden, bebaskan Habib Rizieq dan kawan-kawan. Habib tidak ada kesalahan yang berat kenapa kok ditahan. Kesalahannya remeh temeh, kerumunan dan test swab. Bisikkan kepada presiden, Habib insyaallah tidak akan mengerahkan massa untuk menurunkan Jokowi. Pemerintahannya toh tinggal tiga tahun.
Bisikkan juga bebaskan Jumhur, Syahganda dan tahanan-tahanan politik lainnya. Tirulah Soeharto dan Habibie, yang membebaskan para tahanan politik ketika mereka awal-awal berkuasa. Saatnya rekonsiliasi dan berjabat tangan dengan kelompok ‘Islam Politik’. Karena kelompok ini memperjuangkan Islam di tanah air dengan cara-cara damai dan konstitusional. Mungkin ada diantara mereka yang setuju dengan cara-cara kerusuhan, tapi kan itu kan karena emosi mereka meluap. Itu masa lalu dan itu mungkin karena pemerintah dianggap terlalu memihak ke non Muslim dan lupa kenyataan bahwa kaum Muslim mayoritas di negeri ini.
Bisikkan kepada presiden bahwa keputusan membubarkan FPI adalah suatu kesalahan besar. Karena keputusan membubarkan ormas harusnya lewat pengadilan, bukan dengan opini. Masyarakat tahu bahwa FPI dibubarkan kemudian dinyatakan sebagai ‘organisasi telarang’ dan kemudian diopinikan bahwa ada beberapa anggotanya terlibat ‘terorisme’. Katakanlah benar bahwa ada anggotanya terlibat terorisme, tapi kan itu individu yang dianggap menyimpang oleh pimpinan FPI. Dan Habib Rizieq dari dulu sering menyatakan menggunakan cara-cara konstitusional dalam memperjuangkan Islam di negeri ini. Harusnya pemerintah menyikapi organisasi FPI, sebagaimana menyikapi organisasi lain seperti Golkar dan PDIP. Kedua partai itu banyak anggotanya yang berbuat kriminal korupsi, tapi partainya tidak dibubarkan, hanya anggota-anggota yang berbuat kriminal itu yang dihukum.
Tolong bisikkan kepada presiden agar Kapolri bertindak adil. Bertindak adil menghukum para anggota polisi yang terlibat dalam pembunuhan enam anggota pemuda Islam (FPI). Pak Kiai sebagai wapres dan pimpinan MUI, harus menyuarakan keadilan ini. Pak Kiai tentu tahu, Al-Qur’an banyak membahas tentang keadilan hukum. Rasulullah saw menyatakan bahwa rusaklah sebuah bangsa apabila hukum pilih kasih. Bila orang kecil bersalah dihukum, sedang orang bangsawan (orang yang mempunyai kedudukan tinggi) salah, dibiarkan bebas. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya rusaknya kaum sebelum kalian itu disebabkan apabila salah seorang yang terhormat di antara mereka mencuri, mereka biarkan. Namun, kalau orang lemah yang mencuri, mereka menghukumnya. Demi Allah, seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya.” (HR Bukhari).
Kalau Pak Kiai tidak bela enam pemuda Islam yang terbunuh itu, kepada siapa lagi umat berharap. Bayangkan seandainya yang terbunuh itu enam pemuda non Muslim, saya yakin tokoh-tokoh non Muslim di negeri ini tidak tinggal diam. Jangan sampai umat beranggapan bahwa di masa Pak Kiai jadi wapres, yang terjadi adalah tirani minoritas.
Mudah-mudahan Pak Kiai membaca dan merenungkan surat terbuka saya ini. Saya tidak tahu surat saya sampai atau tidak kepada Pak Kiai. Saya buat surat saya ini terbuka karena sekarang zaman keterbukaan. Di grup-grup tertutup WhatsApp pun bisa dibuka dengan bantuan satelit mutakhir. Dan mudah-mudahan Pak Kiai di masa-masa tua ini bisa meninggalkan kenangan manis untuk umat. Saya berdoa Pak Kiai husnul khatimah baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan segala aspek kehidupan.
Saya bukan siapa-siapa Pak Kiai. Saya hanyalah anggota MUI Depok yang prihatin terhadap kondisi perpolitikan di negeri ini. Wallahu alimun hakim. Wallahu azizun hakim. Wassalam.
Depok 4 Maret 2021
Nuim Hidayat, Penulis buku “Imperialisme Baru”, “Sayid Qutb Biografi dan Kejernihan Pemikirannya”, dan “Agar Batu Bata Menjadi Rumah yang Indah.“