NUIM HIDAYAT

Surat Cinta untuk Kiai Ma’ruf

Saya tulis surat cinta ini di Subuh dini hari karena kecintaan saya kepada sesama Muslim, kepada Wapres Kiai Ma’ruf Amin.

Assalamualaikum, Kiai Ma’ruf terus terang dalam Pemilu Presiden 2019 lalu, saya tidak memilih pak Kiai. Kenapa? Karena Pak Kiai hanya sebagai Wakil Presiden. Dan saya tahu tugas dan wewenang wakil presiden seperti ban serep. Ia hanya berfungsi, apabila presiden berhalangan (meninggal dunia, sakit keras dan lain-lain. Selain itu, tugasnya hanyalah menjalankan tugas yang diberikan presiden. Wapres tidak mempunyai tugas untuk mengambil kebijakan. Misalnya mengangkat menteri, mengangkat Kapolri, mengangkat Panglima TNI, mengangkat pejabat-pejabat tinggi BUMN, dan lain-lain. Seandainya Pak Kiai yang menjadi calon presiden dan wakilnya Jokowi, mungkin saya akan memilih Pak Kiai.

Kedua, saya terus terang sering kagum dengan Pak Kiai ketika menjabat sebagai Ketua Umum MUI. Pidato-pidato Pak Kiai sering saya dengarkan dan kecerdasan Pak Kiai nampak di sana. Dan puncaknya kekaguman saya adalah keberanian Pak Kiai untuk menyalahkan Gubernur DKI Ahok, karena telah menghina ayat Al-Qur’an. Menghina pedoman hidup kaum Muslimin di Indonesia dan dunia.

Tapi kekaguman saya mulai menurun, ketika Pak Kiai sebagai Ketua Umum MUI mendukung penuh keputusan pemerintah melarang Hizbut Tahrir Indonesia. Saya bukan anggota HTI, tapi larangan pemerintah terhadap HTI saya anggap berlebihan.

Saya tidak setuju cara HTI berjuang di tanah air, tapi saya masih menganggap bahwa HTI itu adalah ormas Islam, alias saudara sesama Muslim. Apalagi HTI nggak pernah menggunakan kekerasan dalam perjuangannya. Bukankah Rasulullah Saw mengingatkan bahwa orang-orang Muslim itu ibarat satu tubuh. Bila salah satu anggota badan sakit, anggota badan lainnya ikut merasakannya.

Saya salut kepada beberapa cendekiawan Muslim yang berani membela HTI, seperti Prof Yusril Ihza Mahenda, Prof Din Syamsuddin dan Prof Amien Rais. Yusril, membela HTI habis-habisan di depan publik. Din Syamsuddin menulis artikel khusus di Republika menentang pemerintah melarang HTI. Din menulis HTI adalah seperti organisasi Katolik yang mempunyai pemimpin tinggi di Vatikan. Amien Rais terang-terangan di depan banyak wartawan menentang pemerintah melarang HTI. Amien menyatakan bahwa pemerintah mengidap Islamofobia.

Saya sendiri menganggap bahwa HTI adalah kumpulan anak muda, yang belum matang politiknya di tanah air. Tapi saya melihat, keislaman anggota-anggota HTI cukup bagus. Di negara demokrasi yang matang, seperti Amerika, Inggris dan lain-lain, Hizbut Tahrir dibiarkan bebas. Karena mereka tahu persis bahwa HT tidak menggunakan cara-cara kekerasan dalam memperjuangkan idenya. Di Timur Tengah, HT banyak dilarang karena memang negara-negara Timteng, pemimpinnya sekarang kebanyakan otoriter dan zalim.

Kekecewaan saya kepada Pak Kiai memuncak ketika Pak Kyai mengucapkan selamat Natal. Pak Kiai mengucapkan Selamat Natal saat itu masih menjabat sebagai Ketua Umum MUI (saat-saat dicalonkan menjadi wapres). Kalau Pak Kiai sebagai wapres mengucapkan natal, saya memaklumi. Tapi sebagai Ketua Umum MUI, saya sangat tidak setuju. Karena anggota dan konstituen MUI, semuanya Muslim. Sehingga waktu itu sempat saya sempat mengirim Whatsapp ke Prof Hafidhuddin, sebagai anggota Dewan Pertimbangan MUI, bahwa dalam sejarah MUI, baru sekarang Ketua Umum MUI mengucapkan selamat natal. Saya khawatir ucapan Pak Kiai itu diikuti oleh pengurus-pengurus MUI daerah. Alhamdulillah pengurus-pengurus MUI daerah ‘tidak mengikuti’.

Kini terus terang saya kecewa kepada Pak Kiai, karena Pak Kiai sudah sibuk sebagai Wapres (ada tugas-tugas dari presiden dilimpahkan ke Pak Kiai), Pak Kiai masih menduduki sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI. Mengapa Pak Kiai tidak melepasnya? Dan bukankah seharusnya yang duduk sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI dari unsur Muhammadiyah? Karena unsur dari NU sudah menjabat sebagai Ketua Umum, maka seharusnya yang duduk sebagai Ketua Dewan Pertimbangan dari Muhammadiyah. Tahun 2015-2020, yang duduk sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI adalah Prof Din Syamsuddin dari unsur Muhammadiyah.

Mumpung masih sekitar tiga tahun Pak Kiai, duduk sebagai wapres, saya berharap Pak Kiai mulai menyuarakan aspirasi umat Islam Indonesia. Kepada siapa lagi umat berharap, kecuali kepada Pak Kiai yang kini duduk sebagai wapres? Meskipun tugas wapres terbatas, tapi hanya Pak Kiai di antara umat Islam ini yang bisa membisiki presiden.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button