RESONANSI

Surat Terbuka untuk Bapak Dr Adian Husaini Ketua Umum Dewan Da’wah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Dewan Da’wah (DDII) sudah lama dikenal sebagai barisan terdepan dalam menghadapi pemikiran-pemikiran bahkan aliran yang merusak akidah atau membahayakan bagi Umat Islam. Terutama menghadapi bahaya-bahaya dari paham sesat sekulerisme dengan aneka anak turunnya serta aliran sesat Syiah dan lainnya.

Di antara yang ditempuh untuk menghadapi bahaya-bahaya itu adalah menerbitkan buku-buku, baik karya asli maupun terjemahan dari luar negeri. Bahkan materi debat antara Ahmadiyah dengan A. Hassan ulama Persis tahun 1933-an pun tampaknya dicetak pula oleh DDII yang baru berdiri tahun 1967. Itu pertanda betapa besarnya perhatian lembaga Islam ini dalam berupaya menanggulangi perusakan akidah.

Saat ini keadaan bukan makin surut soal macam-macam yang menggerus akidah umat Islam. Soal sekulerisme dan anak-anak turunannya bahkan sudah sampai ke puncak kemusyrikan baru dengan macam-macam sebutan yang umat Islam tidak paham akan itu. Demikian pula Syiah yang gerak gerilyanya sangat perlu dihadapi dengan penerangan-penerangan yang tidak boleh berhenti begitu saja.

Seorang tokoh terkemuka yang gigih menghadapi dua soal itu, sekulerisme dengan anak-anak turunannya, dan aliran sesat Syiah, adalah salah satu pendiri Dewan Da’wah pula, yaitu Prof HM Rasjidi, Menteri Agama pertama Indonesia.

Yang sangat paham tentang kepakaran dan ketokohan Prof HM Rasjidi itu justru Menteri Agama Munawir Sjadzali yang misinya dalam memegang jabatan dua periode di Depag (kini Kemenag) 1983-1993 sejatinya berseberangan dengan Prof HM Rasjidi Menag pertama. Namun Menag Munawir Sjadzali justru yang punya gagasan untuk mewujudkan buku biografi Prof HM Rasjidi dengan menugaskan Nurchlish Madjid sebagai ketua timnya. Padahal Nurcholish Madjid itu adalah ‘musuh utama’ HM Rasjidi yang membabat Nurcholish soal pemikiran sekulerismenya. Di samping itu Prof HM Rasyidi adalah penulis buku yang memblejeti Syiah dan diterbitkan oleh Dewan Da’wah tahun 1980-sekian.

Tentu saja, ketika biografi Prof HM Rasjidi itu ditulis oleh Nurcholish Madjid dan teman-temannya atas perintah Munawir Sjadzali, ya semau mereka tentunya. Padahal kata Ridwan Saidi, Nurcholish Madjid itu tidak berani datang ketika diadakan debat dengan Prof HM Rasjidi di TIM Jakarta soal sekulerisme. Dan juga, Nurcholish Madjid itu ketika diundang YISC Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta saja justru merusak anak-anak muda itu, diantaranya sangat mengajurkan untuk belajar Syiah. Sehingga YISC Al-Azhar menjadikan kewalahannya Pak Rusjdi Hamka untuk merombak para pengurusnya yang ditengarahi telah teracuni.

Nah, ketika Prof HM Rasjidi dibuat bukunya mengenai beliau oleh Nurcholish Madjid cs, tentu tidak akan membeberkan hal-hal yang dilakukan atau mengenai pemikiran HM Rasjidi yang Nurcholish sendiri dkk tak doyan padanya. Terutama masalah sekulerisme dan Syiah yang justru Nurcholish usung tapi dibabat oleh Bapak Pembabat pemikiran-pemikiran sesat dan Syiah yakni Prof HM Rasjidi itu.

Oleh karena itu mumpung saksi-saksi sejarah masih ada, dan bahaya ini perlu dibentengi serta dibeberkan sejarahnya agar terbuka pencerahan yang bisa jadi referensi para mahasiswa bahkan ilmuwan gerenarsi muda, serta kaum muslimin pada umumnya, maka perlu diwujudkan buku yang memadai.

Antum tentunya tidak akan ragu soal pentingnya ini. Semoga Allah lancarkan dan berkahi, serta besar manfaatnya. Syukron atas perhatiannya, jazakumullah khaira.

Hartono Ahmad Jaiz

Artikel Terkait

Back to top button