NUIM HIDAYAT

Surat Terbuka untuk Presiden Jokowi

Pak Jokowi yang saya hormati,
Tahukah bapak bahwa program radikalisme yang bapak canangkan itu mengiris-iris hati kami? Kenapa program itu hanya untuk orang-orang Islam? Mengapa program itu tidak Bapak dengungkan ke masyarakat Papua sana? Mengapa Bapak tidak sungguh-sungguh memberantas terorisme yang jelas-jelas dilakukan oleh pasukan Gerakan Papua Merdeka? Mengapa Bapak ‘hanya memenjarakan orang-orang Islam’ (dengan tuduhan terlibat dalam jaringan terorisme)?

Saya tahu bahwa bapak banyak dilingkari oleh tokoh-tokoh non Islam, seperti Luhut Panjaitan, Andi Wijayanto dan lain-lain. Sehingga Bapak pun dengan enteng mengangkat Kapolri non Islam. Bapak pun membiarkan tokoh-tokoh aktivis Islam ditangkap dan dipenjara. Mulai dari Habib Rizieq, Edi Mulyadi, Ustadz Farid Okbah, Ustadz Hanung al Hamat, Ustadz Zain an Najah dan lain-lain.

Mengapa Bapak hanya memenjarakan orang-orang yang mendukung ISIS? Mengapa Bapak tidak memenjarakan orang-orang yang mendukung Amerika? Padahal ISIS itu di Irak melawan penjajah Amerika. Amerika yang rakus kepada minyak Irak. Amerika yang perlu BBM berton-ton tiap harinya karena untuk mengisi ribuan pesawat tempur, puluhan kapal induk dan pesawat-pesawat militer lainnya.

ISIS tentu saja ada salahnya. Tapi Amerika lebih besar salahnya daripada ISIS. Mengertikah Bapak tentang peperangan di Timur Tengah? Mengertikah Bapak bahwa Amerika terus menjaga peperangan di Timteng, agar Israel terus aman. Amerika lebih khawatir Israel tidak aman, daripada negara-negara Timteng lain nya.

Dunia ini tidak akan damai, selama nafsu kuasa dan nafsu perang masih ada dalam diri pemimpin. Untuk menciptakan perdamaian dunia, harus dimulai dari jiwa yang tenang (sakinah) dalam diri pemimpin. Jiwa yang tenang dari para pemimpin, akan menular pada yang lainnya (rakyat).

Bila pemimpin jiwanya rakus dan nafsu kuasa/perang (perang fisik) bersemayam dalam dirinya, maka dunia sangat sulit damai. Pasti akan terus ada peperangan. Apalagi ada jargon di dunia Barat bahwa ‘bersiaplah perang, bila ingin damai’. Jargon bahwa perdamaian hanya dapat dilakukan bila masing-masing negara mempunyai alat-alat militer yang canggih.

Barat, memang berkuasa dengan militer dan alat-alat perangnya. Negara Timur Tengah banyak diadu-domba mereka, agar Israel terus terjaga keamanannya. Lihatlah bagaimana negara-negara Arab terkecoh dengan prinsip damai Barat ini. Sehingga mereka pun mengeluarkan ribuan triliun untuk membeli senjata-senjata dari Barat. Barat mengesploitasi Sunnah dan Syiah di Timteng. Sehingga Iran Irak berperang, Saudi melawan Irak, Saudi melawan Yaman dan seterusnya.

Bapak Jokowi yang saya hormati,

Untuk menjaga keamanan dan menciptakan perdamaian dunia bukan dengan cara memperbanyak senjata militer. Tapi yang harus dilakukan adalah menghancurkan senjata-senjata militer di dunia ini. Ini seperti mustahil. Tapi sebenarnya tidak. Asal kepala-kepala negara di dunia ini mau betindak, maka hal itu bisa dilakukan.

Ini zaman internet. Ini zaman ‘Google’. Ini zaman berbagi. Ini bukan zaman dulu, bahwa orang yang hebat yang banyak membunuh musuh. Orang yang hebat yang menaklukkan orang lain. Ini zaman bahwa orang yang hebat, orang yang banyak berbagi ilmu. Orang yang hebat, orang yang banyak menolong orang lain. Orang yang hebat orang yang membawa kedamaian, membawa kesejukan bagi orang lain. Orang yang hebat, yang menghebatkan orang lain. Dan seterusnya.

Saya titip salam kepada Bapak bahwa nanti pada acara G-20 di Bali, tolong sampaikan kepada kepala-kepala negara itu, bahwa perdamaian dapat dicapai bila kepala negara mempunyai jiwa yang tenteram (jiwa sakinah). Perdamaian bisa dicapai bila dihancurkan alat-alat militer itu. Meminimalkan senjata militer bukan memperbanyaknya atau bersaing hebat-hebatan dalam senjata militer.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button