Surat Vulgar Bocah SD, Potret Generasi dalam Dekapan Syahwat

Setelah jamet Citayem, kini viral surat vulgar yang berasal dari bocah yang duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Suratnya ditulis menggunakan tulisan tangan yang berisi kalimat vulgar, bahkan ada instruksi untuk menjilat alat vital si penerima surat tersebut. Kejadian ini sempat diviralkan oleh platform twitter yang berawal dari cuitan akun @tanyakanrl yang memposting isi surat yang dikirimkan oleh kakak si bocah penerima surat yang meminta saran (merdeka.com, 3/11/2022). Hal ini sontak mendapat tanggapan warganet yang menyayangkan aksi bocah laki-laki si pengirim surat. Banyak yang menyarankan agar dilaporkan ke orangtuanya untuk dilakukan pembinaan karena aksi ini sudah termasuk dalam pelecehan seksual secara verbal. Kalimat-kalimat yang keluar dari si penulis surat jelas membuat kita geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, untaian kalimatnya tidaklah pantas untuk anak seusianya yang seharusnya masih steril dari pemikiran ajakan hubungan seksual. Generasi Pemuja Syahwat Hari ini tidak dapat kita pungkiri, mudahnya akses informasi ibarat dua mata pisau, memiliki manfaat sekaligus dampak buruk. Istilahnya dunia dalam genggaman, tinggal ketik di kolom pencarian maka mesin pencari akan menampilkannya. Kemudahan akses teknologi inilah sedikit banyak memberikan peluang untuk generasi kita mendapatkan arus informasi berupa tulisan maupun tontonan yang tak selayaknya. Terlebih, negara hari ini memang masih kurang dalam filtering konten-konten yang menjurus kepada kemaksiatan yang bermuatan pornografi dan porno aksi. Di sosial media juga dibanjiri dengan foto dan video yang mengandung unsur pengundang syahwat, terlebih hari ini gadget menjadi pendukung anak-anak muda untuk belajar. Begitu pula lumralisasi kemaksiatan oleh orang-orang yang begitu acuh terhadap kondisi sekitar. Ini adalah faktor berbahaya. Motto mereka dalam berbuat “yang penting tidak merugikan orang lain” menjadi dalih untuk berbuat bebas dari nilai dan norma. Menganut paham kebebasan yang menjadi dasar dari sistem kapitalisme hari ini yaitu asas sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan). Agama dipandang untuk sekadarnya saja bukan sebagai amaliah praktis. Sekulerisme menjadikan manusia merasa bebas membuat aturan sendiri. Seolah Allah SWT tidak mengawasi. Mereka lupa bahwa segala yang mereka kerjakan akan dimintai pertanggungjawaban di hari pembalasan kelak. Minimnya pengetahuan agama di generasi kita sekarang, menjadikan era ini semakin berat. Seks bebas, senang hura-hura, pencurian, tawuran, friend with benefit dan pemuja kebebasan adalah potret generasi hari ini. Mirisnya, negara belum memberikan perhatian serius terhadap deretan masalah yang disebutkan di atas. Generasi muda adalah pelanjut estafet kepemimpinan di masa depan. Lantas, jika potretnya suram seperti ini, model kepemimpinan apa yang akan kita lihat di masa yang akan datang? Astaghfirullahaladziim. Selamatkan generasi dengan Islam Islam menaruh perhatian serius terhadap keberlangsungan generasi, sejak dalam kandungan sampai dewasa. Pada masa buaian akan dilindungi dari segala yang membahayakan nyawa dan kualitas hidupnya. Seorang ibu hamil dan menyusui diberi rukhshah (keringanan) untuk meninggalkan kewajiban puasa di bulan Ramadhan. Seorang ayah wajib menjadi wali anak-anaknya, memastikan anaknya tumbuh dengan sehat dan mendapat pendidikan terbaik. Ayah juga wajib menjaga akidah dan kehormatan anaknya sampai baligh jika ia laki-laki atau menikah jika ia perempuan. Negara juga akan menjadi pelindung di garda terdepan terhadap paham apapun yang merusak diri dan kualitas hidup generasi. Dengan penerapan aturan Islam, negara memblokir akses pornografi. Juga memutus secara total peredaran miras, serta menciptakan suasana kondusif untuk generasi berkarya melalui sistem pendidikan yang aplikatif, murah, berkualitas. Tak hanya itu, negara juga memfasilitasi bakat dan kemampuan semua generasi. Perpustakaan, laboratorium, forum diskusi akan dibuka selebar-lebarnya agar generasi terbiasa dengan ilmu dan amal saleh. Maka lahirlah generasi berkualitas yang sibuk mencari ridha Allah ta’ala melalui bakat yang dimiliki. Membangun peradaban Islam yang mulia. Kita tentu tak lupa generasi berkualitas nan shalih seperti Shalahudin Al Ayubi, Thariq Bin Ziyad, Salman Al Farisi, Mushab bin Umair, dan Muhammad Al Fatih. Mereka ini lahir dari sistem Islam yang mengondusifkan generasi dengan berbagai pencapaian yang bermuara pada keridhaan Allah ta’ala. Walhasil, hanya dengan penerapan sistem Islam secara menyeluruhlah, nasib generasi akan terselamatkan. Potensi hidupnya bisa diarahkan ke jalan yang benar. Memiliki ketakwaan yang total dan paham akan tujuan hidupnya. Jiwa mereka tidak menjadi budak syahwat yang memuji kesenangan dunia yang fana ini. Allahu al Musta’an. Wallahu ‘alam bishawwaab. Nurhayati, S.S.T., Aktivis Dakwah, Pemerhati Remaja.

SHARE:

Artikel Terkait

Kekerasan dalam Pacaran

Dianggap Angker, Dua Bocah SD di Blitar Bakar Bus Mangkrak Berlogo PDIP

Idealnya Pemuda (Islam) Melihat Pacaran

Innalillahi….Beredar Surat Cinta Anak SD Viral, Begini Faktanya