RESONANSI

Surya Paloh dan Romantisme Politik

Publik dan tentu saja Megawati selaku Ketum PDIP yang disasar mumpung sekarang sudah ujur saatnya untuk dijadikan momentum pergantian kepemimpinan di PDIP.

Sekaligus, menghilangkan kuatnya tradisi trah Soekarno, hingga tengah masih rendahnya tingkat elektabilitas Puan Maharaninya yang menjadi “Ratu Mahkota” bacapres dari PDIP.

Maka nantinya, Ganjar Pranowolah yang menjadi bacapres PDIP dan Jokowi menjadi Ketum PDIP. Kalau sudah begini estafet membuka peluang Jokowi untuk berkuasa lagi di Pilpres 2029 dan otomatis terbentuklah trah dan dinasti Jokowi.

Dan tentu saja sasaran empuk akhirnya, adalah mempengaruhi lembaga tinggi negara parlemen di DPR dan tertinggi MPR —setelah mulai adanya modus gugatan judicial review UUD 1945 ke MK tentang terbatasnya masa jabatan hanya dua periode, bisa jadi semakin kuat untuk ke arah perubahan amandemennya setelah aspek alasan argumentasi dan kesesuaian “direkayasa” kelak dan akan dibuat diterima dan mencukupi.

Maka, jika dari partai Koalisi Perubahan itu memahami bahwa perpolitikan ke depan menjelang Pilpres itu akan lebih dinamis dan penuh intrik serta rekayasa, sebaiknya kukuh dan kokohkan saja keberadaan partai Koalisi Perubahan yang ada sekarang. Dengan bacapres Anies Rasyid Baswedan beserta nanti siapa bacawapres yang mumpuni pula yang keputusannya berada dan menjadi hak prerogatif bacapres.

Jika ingin menambah peraihan suara pemenangan semakin besar dan maksimal, bukanlah dengan cara menambah bergabung dengan koalisi partai lain yang justru mereka semua mantan anggota partai oligarki tengah keteteran dan rakyat sudah paham adanya kontribusi “trouble Maker” mereka masing-masing bagi bangsa dan negara yang sesungguhnya kaya, tetapi masih tetap terpuruk.

Melainkan berkoalisi dengan “koalisi rakyat” yang akan selalu memberikan dukungan luar biasa “bertumbuh dan “bertambah” yang bersamanya akan mampu melawan dan bertempur secara apapun dan bagaimana pun, apalagi lawan koalisi diwarnai dengan tindak kriminalisasi dan kecurangan sekalipun.

Bahkan, untuk menghadapi dinamika perubahan koaliasi partai yang memungkinkan skenario hanya ada dua koaliasi yang berarti hanya mengusung dua bacapres.

Koaliasi lawan yang memungkinkan saja menjadi koalisi besar gabungan antara PDIP, Gerindra dan PKB serta KIB setelah mereka menyelesaikan rekonsiliasinya, itupun harus dihadapi oleh partai Koalisi Perubahan dengan tetap tegap dan tegar, serta kukuh dan kokoh. Yakinlah bahwa tetap kita bisa dan kita bisa menang.

Jadi masih perlukah romantisme politik Surya Paloh itu yang bisa saja berubah menjadi jebakan Batman yang kemudian menjadi “X factor political” yang membahayakan? Yang bisa mengudeta dan mengambil alih kepemimpinan partai Koalisi Perubahan itu? Wallahua’lam Bisshawab.

Mustikasari-Bekasi, 5 Februari 2023

Dairy Sudarman, adalah Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Laman sebelumnya 1 2 3 4

Artikel Terkait

Back to top button