SILATURAHIM

Syaikhona Kholil Bangkalan, Guru Para Syekh di Indonesia

Mbah Kholil cukup lama belajar di beberapa pondok pesantren di Jawa dan Mekkah. Maka sewaktu pulang dari Mekkah, beliau terkenal sebagai ahli/pakar nahwu, fiqh, tarekat dan ilmu-ilmu lainnya.

Untuk mengembangkan pengetahuan keislaman yang telah diperolehnya, Mbah Kholil selanjutnya mendirikan pondok-pesantren di Desa Cengkebuan, sekitar satu kilometer arah Barat Laut dari desa kelahirannya.

Kembali ke Tanah Air

Sepulang dari Tanah Arab, Mbah Kholil dikenal sebagai seorang ahli fiqh dan tarekat. Bahkan pada akhirnya ia dikenal sebagai salah seorang Kiai yang dapat memadukan kedua hal itu dengan serasi. Ia juga dikenal sebagai al-Hafidz (hafal al-Qur’an 30 Juz).

Dari hari ke hari, banyak santri yang berdatangan dari desa-desa sekitarnya. Namun, setelah putrinya, Siti Khatimah dinikahkan dengan keponakannya sendiri, yaitu Kiai Muntaha; pesantren di Desa Cengkubuan itu kemudian diserahkan kepada menantunya. Mbah Kholil sendiri mendirikan pesantren lagi di daerah Kademangan, hampir di pusat kota; sekitar 200 meter sebelah Barat alun-alun kota Kabupaten Bangkalan. Letak Pesantren yang baru itu, hanya berjarak satu kilometer dari pesantren lama dan desa kelahirannya.

Di tempat yang baru ini, Mbah Kholil secara cepat memperoleh santri lagi. Bukan saja dari daerah sekitar, tetapi juga dari Tanah Seberang Pulau Jawa. Santri pertama yang datang dari Jawa tercatat bernama Hasyim Asy’ari, dari Jombang. Mbah Kholil wafat pada 29 Ramadhan 1343 H atau 1925 Masehi.

Karya Mbah Kholil

Sebagai seorang ulama besar, Mbah Kholil tentu memiliki sejumlah karya tulis. Pemikiran Mbah Kholil, dapat disimak melalui karya-karyanya antara lain: (1) Kitab Al-Matnus Syarif al-Mulaqqab bi Fat-hil Latif, (2) Kitab Ilmu Qawaid I’rab, (3) Kitab Isti’dad al-Maut atau lebih ringkasnya adalah fikih jenazah, dan (4) As-Silah fi Bayani Nikah.

Murid-muridnya

Keberadaan murid-murid Mbah Kholil membuktikan bahwa beliau melahirkan ulama-ulama Nusantara yang mampu menjadi pionir lahirnya pesantren besar di Jawa dan Madura.

Di antara sekian banyak murid Mbah Kholil yang menonjol antara lain K.H. Hasyim Asy’ari (pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, dan pendiri Nahdlatul Ulama/NU), K.H. Abdul Wahab Chasbullah (pendiri Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang), K.H. Bisri Syansuri (pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang), K.H. Ma’shum (pendiri Pondok Pesantren Lasem, Rembang), K.H. Bisri Mustofa (pendiri Pondok Pesantren Rembang), dan K.H. As’ad Syamsul Arifin (pengasuh Pondok Pesantren Asembagus, Situbondo). []

Sumber: academia.edu/ESI

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button