Syekh Nawawi Al-Bantani, Bapak Kitab Kuning Nusantara
Tak seperti gelarnya yang tinggi, beliau dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan rendah hati. Ketika masa itu banyak ulama yang berlomba untuk memakai jubah mewah, beliau adalah seseorang yang lebih suka memakai jubah yang lusuh. Tentunya hal ini membuat para muridnya semakin cinta terhadap Syekh Nawawi.
Beliau ialah sosok ulama yang melahirkan ulama besar di Nusantara, beberapa murid beliau yang kini memiliki peranan besar di tanah air ialah : K.H. Khalil (Bangkalan, Madura), pendiri NU, K.H Hasyim Asy’ari, pendiri Muhammaddiyah K.H. Ahmad Dahlan, K.H Asnawi (Jawa Timur), dan yang berasal dari Jawa Barat adaah K.H Tubagus Muhamad Asnawi, KH. Ilyas, K.H. Abdul Ghafar dan K.H Tubagus Bakri. Walau aktif mengajar di Mekkah, beliau sangat berperan dalam perwujudan kemerdekaan Indonesia karena menyuntikkan semangat para ulama untuk menggerakan umat Islam dalam kemerdekaan Indonesia.
Reputasi beliau di ranah keilmuan Islam tak perlu diragukan lagi, selain mengajar, beliau juga aktif melahirkan karya – karya yang hingga saat ini masih digunakan sebagai rujukan pesantren – pesantren di Indonesia. Dalam sebuah referensi ada yang menyebutkan 22 buku, 40 buku. Sedangkan menurut Abdurrahman Wahid terdapat 100 buku, ada juga yang menyebutkan 115 judul buku.
Namun terlepas dari jumlah buku yang beliau tulis, berikut adalah beberapa karya beliau yang masyhur seperti: Tafsir Marah Labid, Atsimar Al-Yaniah fi Ar-Riyadah al-Badiah, Nurazh Sullam, Al-Futuhat Al-Madaniyah, Tafsir Al Munir, Tanqih Al-Qoul, Fath Majid, Sullam Munajah, Nihayah Zein, Salalim Al- Fudhala, Bidayah Al-Hidayah, Al-Ibriz Al- Daani, Bugyah Al-Awwam, Futuhus Samad, dan al-Aqdhu Tsamin.
Syekh Nawawi adalah penulis syarah yang lihai karena keistimewaannya dalam ilmu bahasa Arab. Dalam gaya kepenulisannya, beliau melahirkan ciri khas baru pada kitab Islam di Nusantara yakni Arab Pegon, sebuah tulisan Arab berbahasa Jawa yang merupakan arti dari matan di atasnya. Ciri khas inilah yang membuat Syekh Nawawi memiliki julukan “Bapak Kitab Kuning Indonesia.”
Naflah Rifqi, Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang