Syekh Yusuf Qaradhawi, Ikhwanul Muslimin dan Mesir
ALHAMDULILLAH kita di tanah air bisa menikmati buku-buku bermutu karya ulama-ulama Ikhwanul Muslimin, termasuk Syekh Yusuf Qaradhawi. Di Mesir kita tidak bisa menikmatinya. Bisa memperoleh buku dengan cara sembunyi-sembunyi dan bisa berhadapan dengan polisi.
Pemerintah Mesir dipegang militer yang otoriter. Pembatasan terhadap akses buku menjadikan suasana pengab dan ide-ide tidak berkembang. Mesir menjadi negara terbelakang.
Kekeliruan pandangan terhadap ulama-ulama Ikhwan ini juga mengena pada sebagian ustadz, termasuk BNPT. Berikut artikel yang saya buat tahun lalu tentang itu. Mudah-mudahan bermanfaat.[]
BNPT Keliru, Memasukkan Ikhwanul Muslimin dalam Kelompok Intoleran
Senin kemarin (13/9/2021), saya menerima puluhan tayangan presentasi ceramah Badan Nasionalisme Penanggulangan Terorisme di Depok. Salah satu isi tayangan BNPT itu adalah mengategorikan gerakan Islam Ikhwanul Muslimin dalam kelompok intoleran.
Saya ternganga. Yang jadi pertanyaan kenapa BNPT memasukkan Ikhwanul Muslimin (Ikhwan) dalam kelompok intoleran? Dalam tayangan presentasi yang saya terima itu, tidak dijelaskan. Entah penceramah BNPT saat itu menjelaskan atau tidak.
Tapi yang jelas, sikap BNPT memasukkan Ikhwan dalam kelompok intoleran, adalah hal yang keliru. BNPT hanya membebek pada kebijakan pemerintah Mesir saat ini, Presiden as Sisi kepada Ikhwan. Atau BNPT hanya mengambil pendapat dari ilmuwan yang anti gerakan Islam, khususnya Ikhwanul Muslimin.
As Sisi memang bersikap keras atau kejam kepada gerakan Islam Ikhwanul Muslimin. Ribuan orang Ikhwan wafat di tangannya. Jenderal as Sisi meraih kekuasaan di Mesir dengan kudeta. Ia mengkudeta pemerintahan yang sah yang dipimpin Presiden Mohammad Mursi (2013). Kelicikan as Sisi ketika mengumumkan kudeta ia didampingi oleh Imam Besar Al-Azhar Ahmed el-Thayeb, Paus Theodoros II dari Aleksandria, dan pemimpin partai oposisi Mohamed ElBaradei. Mursi meraih kekuasaan di Mesir lewat pemilu yang demokratis (2012). Mursi adalah tokoh terkemuka Ikhwan yang akhirnya wafat dalam tahanan as Sisi.
Kini as Sisi bukan hanya membunuh ribuan Ikhwan, tapi juga membubarkan dan menyatakan kelompok Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok terlarang. Pemimpin-pemimpin Ikhwan dipenjara dan diancam hukuman mati serta buku-bukunya dilarang beredar.
Sikap Presiden as Sisi ini mirip seperti sikap presiden Mesir sebelumnya Gamal Abdul Nasser. Gamal memerintah Mesir 1954-1970. Saat Gamal memerintah ia juga membunuh tokoh-tokoh Ikhwan dan memenjarakan ratusan orang-orang Ikhwan.
Bila kita pelajari dengan seksama sejarah Islam di Mesir, maka yang intoleran atau zalim sebenarnya pemerintah Mesir (kini Presiden as Sisi), bukan gerakan Ikhwanul Muslimin. Ikhwan adalah korban kezaliman pemerintah Mesir.