RESONANSI

Maulid Nabi Saw, Saatnya Melesatkan Mujahadah Berislam Kaffah

Satu di antara bulan spesial dalam tahun hijriyah ialah Rabiul Awal. Bulan kelahiran manusia mulia, kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang namanya bersanding dengan Allah dalam lafazh syahadat. Diala Muhammad Sholallaahu ‘alaihi wasalam.

Gelora semangat memperingati maulid Nabi Muhammad Saw pun tampak di kalangan umat Islam meski masih berada di tengah pandemi. Berharap dengan demikian mampu mengingat kembali sosok Muhammad Saw sebagai suri teladan sejati. Memantik semangat juang di tubuh umat Islam sebagaimana yang pertama kali dilakukan di masa Salahudin Al-Ayubi.

Muhammad Saw adalah sosok maksum yang tak mengenal dosa, jaminan surga pun telah ada pada dirinya. Shalawat dan salam kepadanya.

Dalam aspek ibadah, beliau begitu unggul mujahadahnya. Rasulullah menunaikan yang fardu dan menyempurnakannya dengan yang sunah. Hal demikian sebagai wujud syukur seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pribadi Rasulullah Saw dihiasi adab mulia, penuh kasih sayang kepada kerabat, sahabat, juga umatnya. Istri beliau, Aisyah ra berkata, “Rasulullah adalah sosok yang paling mulia akhlaknya. Tidak pernah berlaku keji. Tidak mengucapkan kata-kata kotor. Tidak berbuat gaduh di pasar. Tidak pernah membalas dengan kejelekan serupa. Akan tetapi beliau pemaaf dan pengampun.” (HR Ahmad)

Hadirnya Rasulullah Saw di tengah umat bagai oase di padang tandus. Beliau menuntun umat manusia dari keadaan jahiliah. Kala syahwat dunia merajalela mengalahkan akal sehatnya menuju kehidupan penuh berkah dengan ajaran Islam yang Kaffah.

Keteladanan Rasulullah tecermin bukan pada aspek akidah semata, tapi juga pada syariah dan eksistensi daulah yang bernafaskan Al-Qur’an juga As-Sunah.

Beliau adalah pemimpin di keluarga, di tengah umat dan di dalam institusi negara, yaitu Daulah Islamiyah yang pertama kali tegak di Madinah Al-Munawarah. Sehingga aspek politis kenegaraan tidak bisa dilepaskan dari sosoknya.

Bukan hanya dari kalangan kaum Muslim, kaum pemikir Barat pun mengakui ketangguhan kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. Di antara catatan positif sarjana Barat terhadap Rasulullah Saw tertuang dalam buku berjudul “Muhammad: A Biography of the Prophet” karya Karen Armstrong, yang terbit pertama kali pada 1991.

Selain itu, jauh-jauh hari sebelum Armstrong, Michael H Hart menempatkan Muhammad Saw pada peringkat pertama di antara 100 tokoh yang dianggap paling berpengaruh dalam sejarah dunia. Masyaallah, sungguh menakjubkan.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button