Taliban: 11 September Semua Pasukan Asing Harus Angkat Kaki
Jakarta (SI Online) – Kelompok pejuang Taliban mengatakan, semua tentara asing yang masih berada di Afghanistan setelah tenggat penarikan pasukan NATO pada September mendatang akan berisiko dianggap sebagai penjajah.
Pernyataan itu dilontarkan di tengah berbagai laporan bahwa seribu serdadu, sebagian besar asal AS, akan tetap berada di Afghanistan untuk melindungi misi diplomatik dan bandara internasional Kabul.
Juru bicara Taliban Suhail Syahin mengatakan, menguasai Kabul secara militer “bukan kebijakan Taliban”.
Baca juga: Taliban Sambut Baik Kepulangan Seluruh Pasukan AS dan NATO dari Bagram
Namun saat berbicara kepada BBC dari markas kelompok militan itu di Qatar, ia berkata tidak boleh ada tentara asing – termasuk kontraktor militer – yang masih berada di kota itu setelah penarikan selesai.
“Jika mereka meninggalkan pasukan mereka yang merupakan pelanggaran terhadap perjanjian Doha, maka dalam situasi itu pimpinan kami akan memutuskan tindakan selanjutnya,” kata Shahin kepada BBC.
“Kami akan bereaksi, dan keputusan final ada di tangan pimpinan kami,” ujarnya.
Diplomat, organisasi non pemerintah (NGO), dan warga asing lainnya tidak akan disasar oleh Taliban, ia bersikeras, dan mereka tidak membutuhkan perlindungan terus-terusan dari tentara.
“Kami melawan pasukan militer asing, bukan diplomat, NGO, dan pekerja; berfungsinya NGO serta kedutaan adalah hal yang dibutuhkan rakyat kami. Kami tidak akan menjadi ancaman bagi mereka,” ujarnya.
Shahin menjabarkan penarikan pasukan dari Bagram Airfield – bekas markas militer terbesar di Afghanistan – sebagai “peristiwa bersejarah”.
Syahin juga membantah tuduhan bahwa Taliban berperan dalam peningkatan kekerasan baru-baru ini.
Ia berkukuh bahwa banyak distrik jatuh ke tangan Taliban melalui mediasi setelah para serdadu Afghan menolak untuk bertempur.
Pada Ahad kemarin, Taliban menguasai satu wilayah lagi di provinsi Kandahar di selatan. Taliban mengaku mereka sekarang menguasai sekitar seperempat dari 400 distrik di Afghanistan.
Sang juru bicara Taliban menjabarkan pemerintahan Afghanistan saat ini “hampir mati” dan menyebut negara tersebut sebagai “emirat Islam”.
Syahin mengatakan pemilihan umum sejauh ini belum dibicarakan dalam perundingan antara Taliban dan pemerintahan Afghanistan.
red: a.syakira
sumber: bbc news indonesia