MUHASABAH

Taubat Semesta

Sudah banyak nakes yang menjadi korban. Padahal, perlu puluhan tahun untuk menghasilkan orang-orang seprofesional mereka. Lebih memiriskan hati lagi, ketika ada warga yang menolak pemakaman jasad mereka. Tak ada taman makan pahlawan khusus untuk para nakes yang sudah bekerja siang malam dalam pengapnya baju APD dan ruangan penuh virus. Bahkan ucapan belasungkawa dan terima kasih dari penguasa negeri ini pun tak ada.

Atas nama covid, segala macam diimpor. Mafia importir semakin tambun. Segala masker dan APD yang ternyata made in Indonesia, diimpor dari China. Tidak lupa dengan rapid test dan obat-obatannya. Ventilator juga mau diimpor dari Amerika, padahal anak negeri sendiri pun bisa membuatnya dengan biaya yang jauh lebih murah. Terakhir, jamu juga mau diimpor. Betapa sedih para produsen jamu. Ya Salaam.

Demikianlah kehidupan kita saat ini. Tepat seperti firman Allah Swt. dalam surah Thaha ayat 124: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit”. Wabah covid merupakan salah satu peringatan dari Allah agar kita kembali pada syariat Allah. Jauh sebelum covid, kesempitan hidup ini telah kita rasakan, dan semakin bertambah ketika wabah melanda.

Kemiskinan, kriminalitas, dan kebodohan begitu pekat menyergap hidup kita. Di tengah kezaliman dan ketidakadilan penguasa ruwaibidhoh yang menerapkan sistem hidup tanpa merujuk pada aturan Allah. Termasuk menangani wabah yang tak mau mengkuti tuntunan Rasul saw. Dan akibatnya, bisa kita lihat dan rasakan sendiri.

Sungguh, Ramadhan mulia ini jangan kita sia-siakan untuk melakukan taubat. Taubat semesta, tak hanya individu, tapi juga masyarakat dan negara. Bukankah Allah akan memberikan ampunan-Nya bagi sesiapa yang meminta. Dan bukankah bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an.

Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 185 Allah Swt. berfirman: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).”

Taubat semesta adalah kita mengakui kelemahan diri dan menyerahkan kembali kedaulatan hukum hanya pada Syara. Mengembalikan aturan hidup hanya pada Sang Maha Pencipta dan Pengatur, Dialah Allah Swt. Seperti benda langit yang setia bertasbih dan tawaf pada orbitnya dan mau mengikuti aturan Allah sesuai dengan fungsi penciptaannya.

Mari jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk kita bertaubat dan taat. Demi menjemput janji Allah dalam surah Al-A’raf ayat 96: “Jikalau seandainya penduduk negeri beriman dan bertakwa, maka Allah akan bukakan keberkahan dari langit dan bumi.” Wallahu a’lam.

Mahrita Julia Hapsari, M. Pd
Praktisi Pendidikan

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button