Tawakal, Cara Atasi Kekhawatiran akan Masa Depan
Untuk menghadapi tantangan ini, kita perlu menyeimbangkan antara usaha dan tawakal. Usaha mencerminkan tanggung jawab kita sebagai manusia, sementara tawakal merupakan wujud keimanan kita kepada Allah. Keduanya harus bergerak seiring.
Kita dapat memulai dengan mengubah cara pandang kita terhadap rezeki. Rezeki bukan sekadar uang atau materi, melainkan juga mencakup kesehatan, keluarga, dan ketenangan hati.
Ketika kita memfokuskan usaha pada hal-hal yang halal dan bermanfaat, Allah akan melimpahkan keberkahan dalam rezeki kita, meskipun bentuknya tidak selalu sesuai harapan kita.
Selain itu, sangat penting bagi kita untuk mengurangi ketergantungan pada hal-hal yang dapat memicu rasa cemas, seperti media sosial atau berita negatif. Luangkanlah waktu untuk berdoa dan merenungkan berbagai nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah. Dengan cara ini, hati kita akan menjadi lebih tenang dan lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
Hadis mengenai tawakkal ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati itu tidak tergantung pada apa yang kita miliki, melainkan pada seberapa besar rasa syukur dan iman kita kepada Allah. Burung-burung yang disebutkan dalam hadis di atas, tidak menyimpan makanan untuk esok, namun mereka tetap hidup dengan tenang berkat keyakinan mereka terhadap ketentuan Allah.
Kita pun perlu belajar untuk tidak terlalu khawatir tentang apa yang belum terjadi. Mari kita fokus pada apa yang bisa kita lakukan hari ini dan percayakan hasilnya kepada Allah.
Akhirnya, tawakal bukanlah sekedar sikap menyerah; melainkan sebuah ungkapan kepercayaan yang mendalam kepada Allah setelah kita berusaha sebaik mungkin.
Di tengah kehidupan modern yang serba cepat ini, tawakal menjadi pengingat bahwa kita tidak sendiri. Allah selalu bersama kita, membimbing dan memberikan rezeki kepada setiap hamba yang berserah diri kepada-Nya.
Dengan memahami dan mengamalkan konsep tawakal ini, kita dapat menghadapi masa depan dengan ketenangan dan keyakinan yang lebih. Meskipun kekhawatiran mungkin tidak sepenuhnya sirna, tawakal memberi kita kekuatan untuk menghadapinya. Selalu ingat bahwa Allah adalah sebaik-baik penolong, dan Dia tidak akan membiarkan hamba-Nya mengalami ujian tanpa memberikan jalan keluar.
Semoga kita semua dapat menjadi hamba yang penuh bertawakkal, berupaya dengan sungguh-sungguh, serta senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Aamiin.[]
Harizhul Bahri A, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi.