Tentara Elite Guinea Kudeta: Presiden Ditahan, Jam Malam Diberlakukan
Conakry (SI Online) – Sekelompok personel dari pasukan elite militer Republik Guinea -sebuah negara di Afrika Barat- mengumumkan aturan jam malam berskala nasional. Pengumuman disampaikan usai mereka mengklaim telah menggulingkan Presiden Alpha Conde.
Menyebut diri mereka sebagai Komite Pengembangan Nasional Guinea, sekelompok personel pasukan elite mengatakan bahwa aturan jam malam berlaku hingga pemberitahuan lebih lanjut.
“Jam malam berlaku mulai pukul 20.00 di seantero negeri,” ucap komite tersebut, dilansir dari laman CGTN, Senin, 6 September 2021.
Masih dalam pengumuman yang sama, jajaran menteri dan kepala institusi telah diundang untuk menghadiri sebuah pertemuan di parlemen pada Senin pagi ini.
Sebelumnya, Kolonel Mamadi Doumbouya dari unit elite militer Guinea mengumumkan melalui televisi nasional bahwa Conde telah digulingkan. Ia juga mengatakan titik-titik perbatasan telah ditutup dan konstitusi negara kini sudah tidak berlaku.
“Tugas dari seorang prajurit adalah menyelamatkan negara. Nantinya kita akan bersama-sama membuat sebuah konstitusi baru,” sambungnya.
Doumbouya, yang mengepalai unit pasukan khusus di militer, mengatakan dia bertindak demi kepentingan terbaik negara berpenduduk lebih dari 12,7 juta orang. Tidak cukup kemajuan ekonomi telah dibuat sejak kemerdekaan dari Prancis pada 1958, kata kolonel.
Belum diketahui pasti seberapa besar dukungan yang didapat Doumbouya dari internal militer Guinea, atau apakah ada sekelompok prajurit loyalis presiden yang mungkin akan mencoba membalikkan keadaan.
Dilansir Aljazeera, 5 September, Kementerian Pertahanan mengatakan serangan terhadap Istana Presiden oleh pasukan pemberontak telah berhasil dipadamkan.
Kementerian Pertahanan Guinea mengatakan serangan oleh pasukan khusus pemberontak di istana kepresidenan telah berhasil dihalau, tetapi tidak sepenuhnya jelas pada Minggu malam siapa yang memegang kekuasaan di negara Afrika Barat itu.
Sebuah video yang belum diverifikasi yang dibagikan di media sosial menunjukkan Presiden Alpha Conde dikelilingi oleh tentara. Keberadaannya tidak jelas.
Ini mengikuti laporan sebelumnya tentang tembakan senjata berat di Conakry dekat istana presiden meskipun juga tidak jelas siapa yang bertanggung jawab.
Peristiwa itu menarik perhatian dan kecaman dari pengamat regional dan internasional, termasuk Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, yang mengatakan dia sangat mengutuk pengambilalihan pemerintah secara paksa dan menyerukan pembebasan segera Conde.
Red: Agusdin/Aljazeera/dbs