QUR'AN-HADITS

Terapi Burnout Berbasis Spiritualitas Qur’ani

Dan yang terakhir, Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir juga menekankan bahwa kehidupan yang baik adalah yang dipenuhi ketenangan, kebahagiaan, dan keberkahan. Menurutnya, hayatan tayyibah tidak hanya terkait dengan aspek material, melainkan lebih kepada kualitas batin yang dirasakan oleh seorang mukmin. Hal ini mencakup kepuasan hati (qana’ah), ketentraman jiwa, serta kebahagiaan yang lahir dari kedekatan dengan Allah dan ketaatan kepada-Nya (Az-Zuhaili, 1998: 239).

Kehidupan yang dimaksud juga mencakup keberkahan dalam rezeki, keluarga, dan lingkungan sosial. Az-Zuhaili menyatakan bahwa kehidupan berkualitas lahir dari kombinasi antara iman dan amal yang berkelanjutan. Penafsiran ini sangat kontekstual bagi mahasiswa yang mengalami burnout, karena tekanan akademik dan sosial kerap mengganggu keseimbangan jiwa. Sikap ridha dan menjauhkan ambisi duniawi dapat menjadi kunci untuk mencapai hidup yang lebih bermakna dan damai.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tafsir di atas, dapat dilihat bahwa seluruh tafsir sepakat ayat 97 Surah An-Nahl berbicara tentang kesejahteraan batiniah yang menjadi dambaan manusia. Dalam konteks burnout, ayat ini menyiratkan bahwa iman dan amal saleh merupakan terapi spiritual yang dapat memulihkan kelelahan batin, kemudian hayatan tayyibah adalah keadaan jiwa yang stabil, damai, dan penuh makna (kebalikan dari gejala burnout), serta spiritualitas Qur’ani mengajarkan bahwa hidup yang berkualitas lahir dari hati yang bersih dan orientasi hidup yang benar.

Munasabah Ayat

Surah An-Nahl ayat 97 ini memiliki keterkaitan dengan ayat sebelumnya, yakni:

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَاقٍۗ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِيْنَ صَبَرُوْٓا اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Kami pasti akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 96).

Ayat 97 melanjutkan tema pada ayat ini dengan menjelaskan bahwa balasan sejati bagi orang yang beriman dan beramal saleh bukan hanya di akhirat, tetapi juga diberikan kehidupan yang baik di dunia. Jadi, ayat ini adalah bentuk tasliyah (penghiburan) bagi mereka yang sabar dan konsisten dalam keimanan (Al-Alusi, 1999: 128).

Hikmah dan Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa ayat-ayat al-Qur’an memiliki relevansi yang kuat terhadap kondisi-kondisi psikologis. Salah satunya yakni burnout yang menjadi permasalahan populer di kalangan mahasiswa khususnya. Kondisi tersebut seringkali ditandai oleh kehilangan makna, kelelahan emosional, dan semangat yang menurun. Dan dengan bangga, Islam menghadirkan solusi berbasis spiritual Qur’ani yang tentu sangat mampu mempengaruhi kondisi hidup seseorang.

Sebab, ayat ini menegaskan bahwa kehidupan yang baik (ḥayatan ṭayyibah) bukan hanya soal materi, tapi kesejahteraan jiwa, ketenangan batin, dan keberkahan hidup—buah dari iman dan amal saleh.

Ini selaras dengan pendekatan terapi spiritual Qur’ani—yakni bahwa ketenangan jiwa tidak bisa diraih hanya dengan solusi duniawi, melainkan dengan kembali kepada nilai-nilai iman dan amal saleh.[]

Mudrikah Safaratul Jannah, Mahasiswi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas PTIQ Jakarta.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button