SEHAT

Ternyata Obat Tramadol Bisa Jadi Pemicu Tawuran Remaja

Jakarta (SI Online) – Konsumsi obat tramadol (golongan obat daftar G) disebut sebagai salah satu penyebab remaja kecenderungan terlibat dalam tawuran atau perkelahian.

“Tramadol dapat berdampak buruk pada remaja, menjadi kecenderungan tawuran atau perkelahian remaja karena efek agresivitas dan adiksi dari tramadol,” ungkap praktisi kesehatan masyarakat dr. Ngabila Salama di Jakarta, Rabu (04/12/2024).

Ngabila menjelaskan, obat tramadol merupakan obat analgesik yang biasa digunakan untuk mengatasi rasa nyeri sedang hingga berat. Obat itu memiliki efek samping yang mirip dengan narkoba karena memengaruhi sistem saraf pusat dan dapat menyebabkan ketergantungan jika digunakan secara tidak benar.

Tramadol bekerja dengan mengubah cara otak merespons rasa sakit, sambil memberikan efek euforia atau rasa nyaman. Efeknya pagi pengguna jangka panjang atau dosis tinggi dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis.

ADS: Untuk mendapatkan informasi seputar dunia medis, Anda dapat mengunjungi idiciamis.org

Penggunanya dapat mengalami ketergantungan dapat mengalami gejala putus obat (withdrawal) seperti gelisah, nyeri otot, insomnia, atau kejang.

Tramadol juga dapat mempengaruhi emosi dan perilaku yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan zat kimia di otak akibat penggunaan tramadol dapat meningkatkan risiko perubahan mood yang ekstrem termasuk agresivitas.

“Ketika efek obat mulai hilang, pengguna sering merasa gelisah atau frustrasi, yang dapat memicu perilaku agresif. Sehingga dampaknya dapat mengganggu hubungan sosial dan meningkatkan risiko konflik dengan keluarga atau teman,” ujar Kepala Seksi Pelayanan Medik RSUD Tamansari Jakarta Barat itu.

Efek lainnya mirip dengan narkoba yang tidak hanya menyebabkan ketergantungan dan agresivitas, tapi juga halusinasi dan gangguan kognitif yang menurunkan kemampuan belajar, daya ingat, dan konsentrasi, sehingga memengaruhi prestasi sekolah.

Menurut Ngabila, efeknya bakal lebih berbahaya pada remaja karena usianya masih dalam tahap perkembangan fisik dan emosional. Pada usia tersebut, anak masih mengalami fase eksplorasi dan senang mencoba hal baru tanpa memahami risikonya.

Remaja juga kerap mengalami tekanan sosial karena lingkungan yang tidak sehat dapat mendorong mereka mencoba tramadol untuk mencocokkan diri, serta kurangnya edukasi bahwa tramadol termasuk jenis obat keras yang memerlukan resep dokter.

“Kesadaran dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk melindungi remaja dari risiko ketergantungan tramadol dan dampak buruk lainnya. Mencegah ketergantungan konsumsi obat tramadol pada remaja memerlukan pendekatan yang holistik,” ujar dia.

Ngabila menilai sebagai bentuk pencegahan, baik pemerintah, tenaga medis maupun orang tua dapat memberikan edukasi pada para remaja.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button