Terus Bergerak untuk Palestina!
Persoalan Palestina masih terus bergulir dalam berbagai media sosial. Gerakan boikot dan “julid fii sabilillah” terus disemarakkan oleh netizen Indonesia. Belakangan kita tahu, bahwa mental pasukan Zionis Yahudi mulai terganggu dengan adanya “serangan” dari kejulidan netizen kita.
Tahun ke tahun penjajahan atas tanah Palestina tidak kunjung tuntas. Jumlah korban terus bertambah, tak terkecuali perempuan dan anak-anak. Dilansir oleh RRI.co.id (23/11/2023), warga Palestina yang tewas di Jalur Gaza telah melampaui 14.000 orang, sejak konflik Israel-Hamas yang berkecamuk pada 7 Oktober 2023 lalu.
Dalam sebuah konferensi pers bahwa di antara korban tewas terdapat 5.840 anak-anak dan 3.920 perempuan. Sementara jumlah korban luka mencapai lebih dari 33.000 orang. Jumlah orang hilang lebih dari 6.800, termasuk 4.500 anak-anak dan perempuan. Ini yang tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan Israel.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa akar permasalahan Palestina sejatinya adalah adanya penjajahan yang dilakukan oleh Zionis Yahudi di tanah kaum muslimin. Ini bukan tentang persoalan batas wilayah, tapi persoalan eksistensi penjajah Zionis Yahudi di sana.
Semakin diperparah dengan respon penguasa negeri-negeri muslim yang terkesan berdiam diri dan sebagaimana biasanya, hanya kecaman demi kecaman yang dikeluarkan. Tidak ada satu pun di antara mereka yang mengirimkan pasukan untuk melawan penjajahan. Mereka tersandera kepentingan dan justru menormalisasi hubungan dengan Israel. Bersalaman dengan tangan-tangan yang berlumuran darah perempuan dan anak-anak Palestina.
Sebagaimana diberitakan Sindonews.com (22/9/2023), tercatat sembilan negara mayoritas muslim yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, meliputi Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, Maroko, Turki, Bosnia-Herzegovina, dan Kosovo.
Sedangkan negeri kita sendiri Indonesia, memang tidak pernah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Namun demikian, Indonesia masih menjalin hubungan dagang dengannya. Menjalin kerjasama dengan penjajah yang telah melakukan genosida terhadap saudaranya.
Indonesia telah menandatangani perjanjian kerjasama medis dengan layanan medis darurat nasional Israel senilai US$200.000 pada 2008. Hubungan dagang Indonesia dengan Israel juga menguat dalam lima tahun terakhir. Hal ini terlihat dari nilai ekspor dan impor Indonesia-Israel yang trennya meningkat selama periode 2018-2022.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, pada 2022 total nilai ekspor Indonesia ke Israel mencapai US$ 185,6 juta, naik sekitar 14% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Total nilai impor dari Israel juga naik sekitar 80% (yoy) ke US$ 47,8 juta. Secara kumulatif, selama periode 2018-2022 nilai ekspor Indonesia ke Israel sudah tumbuh sekitar 11%, sedangkan nilai impornya tumbuh 0,9%. Kemudian per kuartal III 2023 kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai impor Indonesia dari Israel mencapai US$14,4 juta atau setara Rp226,08 miliar pada kurs Rp15.700/US$1 (CNBC Indonesia, 15/11/2023).
Kaum muslimin yang semestinya menjadi satu tubuh, justru kini terpecah dan saling tolong-menolong dengan musuh mereka sendiri. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Perumpamaan kaum muslimin dalam urusan kasih sayang dan tolong-menolong bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka menjalarlah penderitaan itu ke seluruh badan hingga tidak dapat tidur dan (merasa) panas.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tubuh yang satu ini, kini terpecah menjadi lebih dari 50 negara kecil. Tersekat atas batas-batas teritorial yang telah ditetapkan penjajah. Nation state, inilah yang menjadi penghalang bagi kaun muslimin satu dengan yang lainnya.