Tes Baca Alquran Capres-Cawapres, Pentingkah?
Kepemimpinan secara terminologi berarti kemampuan untuk mengajak orang lain agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, kepemimpinan adalah upaya untuk menransformasikan semua potensi yang terpendam menjadi kenyataan. Untuk menjadi seorang pemimpin haruslah memiliki visi dan misi yang jelas akan masa depan. Menurut Islam, menjadi seorang pemimpin haruslah seorang lelaki muslim yang sudah baligh, berakal, merdeka yang mampu meriayah umat dan bersikap adil.
Sementara itu, Alquran bagi orang Islam adalah pedoman hidup. Tidak hanya mengatur masalah pribadi, tetapi juga mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik itu tentang politik, ekonomi, pendidikan, hingga kepentingan umat dalam bermasyarakat. Hal tersebut ditegaskan dalam Alquran sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat An-Nahl: 89, “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menerangkan semua perkara sesuatu.”
Mempelajari Alquran adalah hal yang wajib bagi setiap muslim. Dari Usman bin Affan r.a. ia berkata, Rasullah Saw. bersabda: “Orang terbaik dari kamu ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR al-Bukhari)
Oleh karena itu, ide tes bacaan Alquran untuk kedua calon presiden terdengar kurang tepat. Hal tersebut merupakan bukti bahwa agama hanyalah alat permainan politik untuk memenangi persaingan karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Sebagaimana yang kita ketahui sistem yang berjalan saat ini tidak menggunakannya sebagai pedoman. Hukum dibuat berdasarkan undang-undang yang dibuat oleh manusia sendiri. Seharusnya bukan untuk tes, Alquran yang merupakan wahyu Allah SWT sebagai petunjuk hidup wajib diamalkan secara kaffah. Setiap masalah yang ada dalam suatu negara, haruslah menjadikan Alquran sebagai rujukan. Tidak selayaknya jika hanya dimanfaatkan untuk kepentingan politik.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah: 208, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Ayat tersebut menerangkan bahwa dalam penerapannya, Islam haruslah secara keseluruhan. Tidak bisa jika hanya mengambil sebagaian dan membuang sebagian lainnya. Jadi, saatnya sekarang bagi kita untuk meninggalkan sistem sekuler demokrasi yang menempatkan hukum Allah secara tak selayaknya. Jika ingin melihat kualitas calon presiden, tak sepatutnya hanya berpedoman dari cara membaca Alquran saja. Seorang qori yang merdu suara bacaannya tidak lantas bisa menjadi presiden, bukan?
Nurlaini
Warga Masyarakat