NASIONAL

Tiga Pilar Dakwah Pesantren

Yogyakarta (SI Online) – Ketua Umum Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI) Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MSc hadir dalam Symposium Nasional Tiga Pilar Da’wah (Masjid, Pesantren dan Kampus) di gedung Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Senin (6/1/2020).

Dalam pemaparannya, Kiai Didin mengatakan bahwa pesantren adalah lembaga perjuangan melalui berbagai macam bidang pendidikan. “Baik pendidikan agama, ekonomi hingga politik. Pesantren tidak semata-mata lembaga pendidikan tetapi institusi perjuangan,” jelasnya.

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengingatkan bahwa kemerdekaan Indonesia itu direbut oleh para ulama dan santri. “Jadi yang paling besar jasanya bagi negeri ini adalah ulama dan pesantren. Merebut dan mempertahankan kemerdekaan bagian dari akidah, karena penjajahan tidak sesuai dengan akidah Islam,” ujar Kiai Didin.

Oleh karena itu, lanjut dia, pendiri bangsa yang sebagian besar adalah ulama telah menorehkan kalimat dalam pembukaan UUD 45 yaitu berkat rahmat Allah yang maha kuasa. “Ini bukti sejarah bahwa kalimat Allah adalah kalimat umat Islam, jadi yang paling besar sahamnya dalam negeri ini adalah umat Islam,” tuturnya.

Menurutnya, pesantren selalu harus didepan dalam langkah perjuangan umat Islam. “Pesantren tidak hanya lembaga pendidikan, tapi mendidik santri yang mampu melakukan amar makruf nahi munkar,” jelasnya sambil menyitir firman Allah di dalam surat At Taubah 122.

Ia menjelaskan, ada sejumlah budaya pesantren yang harus dipertahankan. “Pertama budaya akhlak, ini harus dipertahankan, kebangkitan bangsa dan umat ditentukan dengan adab. Pesantren jika ingin melahirkan pemimpin tidak boleh meninggalkan soal adab,” ujarnya.

Kedua adalah budaya ilmu. “Bukan pesantren jika tanpa ilmu, dalam pandangan pesantren, ilmu tidak terpisah antara ilmu dunia dan akhirat. Lebih jelasnya yaitu antara fardu ain dan fardu kifayah,”

Ketiga adalah budaya ukhuwah. “Budaya ukhuwah di pesantren sangat kuat, ukhuwah akan tercapai jika kita sering berjamaah,”

Dan yang keempat adalah budaya dakwah. “Di ponpes, budaya dakwah adalah sebuah keniscayaan. Sebelum lulus, santri harus berdakwah dengan mengabdi untuk mengajar. Dakwah ini luas harus di semua bidang baik ekonomi, budaya bahkan politik,” tandas Kiai Didin.

red: adhila

Artikel Terkait

Back to top button