Tiga Terapis Perintis PAZ Al Kasaw: Tukang Dawet, Ahli Bekam dan Ustaz
Terapi PAZ, kata Mas Kirno -sapaan akrabnya- juga membantu menjaga daya tahan tubuhnya. Selain berkuda, ia mengaku hobi naik gunung. Dulu, sebelum mengenal terapi PAZ, usai naik gunung biasanya beristirahat selama seminggu. Tapi setelah mengikuti PAZ, usai naik Gunung Rinjani dengan perjalanan dua hari tiga malam pun tubuhnya lebih terjaga.
“Selang sehari setelah naik gunung, sudah bisa workshop” kata dia.
Menurut Mas Kirno, terapi PAZ Al Kasaw itu logis, masuk akal dan ilmiah. Terapis yang sejak 2006 berpraktik bekam itu pun akhirnya memilih konsentrasi di PAZ.
“Di bekam, ada keluhan-keluhan yang tidak bisa ditangani. Mentok. Tapi di PAZ bisa, contohnya autoimun,” ungkapnya.
Terapis perintis yang ketiga adalah Adi Bayu Nugroho. Panggilan akrabnya Ustaz Bayu. Meski masih muda, dia adalah pembimbing umroh-haji. Sekarang, dia lebih sibuk menjadi seorang Paztrooper.
Bayu mendapat musibah sehari menjelang pernikahannya pada 2012 silam. Ia terjatuh dari atas genteng. Tingginya sekitar tiga meter. Akibatnya, selama tiga bulan ia harus menggunakan kursi roda.
Magister Studi Islam dari UII Yogyakarta ini didiagnosis terkena fraktur kompresi. Setelah bisa jalan, ia mengaku masih memiliki sakit pinggang. Tak bisa duduk lama. “Kalau kajian saya sering izin bersandar,” kata dia.
Ia kemudian mengikuti terapi PAZ. “Alhamdulillah dengan satu jurus, CU namanya duduk lama itu enak,” kata kader Wahdah Islamiyah ini. [MSR]