LAPORAN KHUSUS

PAZ Maryam: Melahirkan dengan Sehat, Normal dan Alami

Jakarta (SI Online) – Melahirkan secara normal adalah fitrah tiap perempuan. Namun belakangan, dengan berbagai dalih, banyak tenaga medis menyarankan agar pasien perempuan yang hendak melahirkan dilakukan operasi Caesar.

Seperti yang dialami seorang perempuan muslimah di sebuah wilayah di DI Yogyakarta. Kebetulan ia juga seorang dokter umum, sebutlah dokter IH namanya. Ibu muda yang kini telah melahirkan empat orang anak itu memiliki cerita menarik seputar kelahiran masing-masing putra-putrinya.

Kelahiran anak pertama dilakukan melalui operasi Caesar. Ini karena ia merasa tak mempersiapkan ilmu-ilmu menjelang kelahiran. Sehingga bayinya terlambat lahir, sementara air ketuban sudah merembes keluar.

“Secara medis, mau tak mau bayi ini harus dilahirkan,” ungkap IH saat berbincang dengan sejumlah wartawan akhir pekan lalu di kliniknya di DI Yogyakarta.

Singkat cerita, saat itu, dengan kondisi penuh ketidaksiapan operasi Caesar pun dilakukan.

Tak lama setelah melahirkan, sang dokter hamil kembali. Proses kelahirannya pun akhirnya dilakukan operasi sebagaimana yang pertama.

Hanya berjarak empat bulan setelah kelahiran, sang dokter kembali hamil. Padahal saat itu sudah merencanakan jarak empat tahun untuk kehamilan berikutnya.

Bidan Yulia mempraktikkan gerakan terapi PAZ Maryam untuk ibu hamil yang sudah hendak melahirkan.

“Ketika hamil lagi kami langsung berpikir mencari provider yang mendukung untuk rencana lahir normal,” ungkap dia.

Datanglah IH ke seorang bidan Persalinan Maryam. Namun ia merasa kurang mantap, karena di sana hanya mendapatkan hal-hal umum seperti yang telah ia ketahui. “Tidak ada teknik-teknik khusus,” kata dia.

Kemudian, IH mendatangi seorang dokter spesialis di Yogya. Bukannya didukung, ia malah dimarahi. “Sudah dua kali Caesar kok mau (lahiran) normal,” begitu kata sang dokter spesialis.

Usia kehamilan menjelang sembilan bulan, IH sudah disodori jadwal untuk operasi Caesar. Ia pun akhirnya mendatangi Bidan Yulia Himawati yang saat itu masih bekerja di sebuah klinik di Sleman.

“Saya datang, dibekam, diajari gerakan-gerakan,” kata dia.

1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button