Tolak LGBT, Ratusan Murid SMP di Bogor Dukung Perda P4S
Bogor (SI Online) – Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kota Bogor mengadakan kajian yang berjudul “Sisi Gelap LGBT serta Pandangan Hukumnya dalam Islam dan Hukum Indonesia” pada Kamis, 7 April 2022 lalu secara luring di Masjid Al-Hadi dan ruang aula SMPN 1 Kota Bogor.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Amaliyah dan Kajian di Bulan Ramadhan (AKBAR) 1443 H SMPN 1 Kota Bogor dengan menyajikan berbagai materi yang disampaikan para narasumber dalam rangka meningkatkan iman dan takwa para murid.
Selain itu, materi yang disampaikan oleh Ustaz Jarkasih dan Ustaz Fitrah Ashab ini bertujuan mengedukasi para murid tentang bahaya LGBT (lesbian, gay, biseks dan transgender) sekaligus sosialisasi Perda Kota Bogor No.10 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Perilaku Penyimpanan Seksual (P4S).
Kegiatan tersebut diikuti sekitar 428 murid secara luring (offline) di masjid, aula dan setiap ruang kelas sekolah dengan bimbingan para guru. Selain itu, sekitar 200 murid mengikuti kajian secara daring (online) via zoom meeting dan live streaming youtube. Hal ini dilakukan karena menyesuaikan dengan kebijakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di masa pandemi ini.
Pada sesi pertama Ustaz Jarkasih selaku ketua Yayasan Tuhfah Al-Islam menyampaikan materi “Sisi Gelap LGBT”. Beliau memaparkan secara jelas tentang sejarah, perkembangan, fakta dan realita, pandangan dalam Islam serta penyebab LGBT.
“Jawa Barat merupakan provinsi tertinggi angka LGBT, di mana Kota Bogor dan Bandung menjadi kota tertinggi angka LGBT. Berdasarkan data Dinkes, di Kota Bogor ada 5119 kasus pada tahun 2019. Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kota Bogor, ada 364 kasus HIV/AIDS dan 40% nya dari LGBT,” ujar Jarkasih.
“LGBT merupakan bencana moral dan kemanusiaan yang senyap (silent), namun membunuh fitrah kemanusiaan, hilangnya rasa malu dan takut, mematikan akal sehat, menjadi predator diantara sesama manusia, membuang ajaran agama, hilangnya empati, dan gaya hidup yang lebih rendah dari binatang. Sedikit yang menyadari ini adalah bencana besar kemanusiaan,” tambah Jarkasih yang dikenal selaku aktivis sosial kemanusiaan itu.
Para murid terlihat antusias menyimak dengan baik dan dilanjutkan dengan beberapa pertanyaan pada sesi diskusi.
Saat menjawab pertanyaan dari seorang murid tentang solusi atau penanganan LGBT, Ustaz Jarkasih menjawab bahwa penanganan bagi pelaku LGBT di antaranya, yaitu dengan usaha mengembalikan mereka pada fitrah sesuai agama, bimbingan psikolog/psikiater, doa ibu, pembinaan di pesantren/tempat rehab khusus atau tinggal di rumah dengan pengawasan dari orang tua.