Toleransi Umat Beragama
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
أن قريشا وعدوا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يعطوه مالا فيكون أغنى رجل بمكة ، ويزّوجوه ما أراد من النساء ، ويطئوا عقبه ، فقالوا له : هذا لك عندنا يا محمد ، وكفّ عن شتم آلهتنا ، فلا تذكرها بسوء ، فإن لم تفعل فإنا نعرض عليك خصلة واحدة ، فهي لك ولنا فيها صلاح . قال : ما هي ؟ قالوا : تعبد آلهتنا سنة : اللات والعزي ، ونعبد إلهك سنة ، قال : حتى أنْظُرَ ما يأْتي مِنْ عِنْدِ رَبّي . فجاء الوحي من اللوح المحفوظ : (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) السورة، وأنزل الله : (قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ) … إلى قوله : (فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ)
“Orang-orang Quraisy menjanjikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallama harta yang melimpah sehingga beliau menjadi orang terkaya di Makkah, menjanjikan akan menjodohkan beliau dengan siapapun yang beliau pilih, agar beliau berhenti berdakwah. Mereka mengatakan, “Ini akan menjadi milikmu, wahai Muhammad. Akan tetapi, tahan lisanmu dari mencela tuhan-tuhan kami atau mengatakan yang tidak baik tentang mereka. Jika masih tidak mau, kami ada penawaran, mungkin ini penawaran terbaik untuk kami dan untukmu.”
(Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) pun menjawab, “Apa itu?” (Mereka menukas), “Bagaimana jika selama setahun engkau menyembah tuhan kami (Al-Laat dan Al-Uzza) dan di tahun berikutnya kami menyembah tuhanmu?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallama pun menjawab, “Lihat saja sampai aku mendengar langsung dari Rabbku.” Maka, turunlah surat Al-Kafirun dan ayat 64-66 surah Az-Zumar.” (HR. Ibnu Abi Hatim dalam At-Tafsir 10: 3471, At-Thabari dalam Jaami’ Al-Bayaan 24: 703, dan At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Shaghir no. 751)
Dari penjelasan tersebut jelas bahwa natalan bersama bagi umat Islam itu dilarang dengan tegas atau haram hukumnya. Jika rambu-rambu syariat ini dilanggar jelas dosa besar dan termasuk melakukan perbuatan syubhat yaitu suatu amalan yang sudah mendekati kekafiran dan kesyirikan. Bahkan dikhawatirkan terjebak dalam kesyirikan, satu dosa terbesar dalam Islam.Na’udzubillah mindzalik.
Dalam ayat Al-Qur’an yang lain pun ditegaskan :
لَقَدْ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْمَسِيحُ ٱبْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ ٱلْمَسِيحُ يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ رَبِّى وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”. (QS. Al-Maidah : 72).
Ayat Al-Qur’an di atas dengan tegas menyatakan kafirlah orang yang mempercayai Nabi Isa Al-Masih sebagai tuhan. Dan disinilah perbedaan tegas antara akidah Islam dengan akidah Kristen.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak tahun 1981 telah menfatwakan keharaman mengikuti natalan bagi umat Islam karena sudah terkait akidah dan ibadah.
Toleransi boleh-boleh saja, artinya membiarkan dan tidak mengganggu ritual agama lain. Kalau ikut masuk dan mendukung aktifitasnya, itu namanya sudah toleransi yang kebablasan.