NASIONAL

Tragedi Kanjuruhan: Ganjarist Ade Armando Sebut Aremania Sok Jagoan

Jakarta (SI Online)-Salah satu tokoh Ganjarist -nama kelompok pendukung Gubernur Jateng sebagai Capres 2024-, Ade Armando, terang-terangan membela polisi dan menyalahkan Aremania -pendukung klub bola Arema FC.

Ade Armando, dosen liberal dari Universitas Indonesia itu, terang-terangan menyebut Aremania sok jagoan. Akibatnya jatuh korban usai pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruan, Kepanjen, Kabupaten Malang pada Sabtu (01/10) malam lalu.

“Yang jadi pangkal masalah adalah suporter Arema yang sok jagoan melanggar semua peraturan dalam stadion dengan gaya preman masuk ke lapangan petentengan,” kata Ade Armando, dikutip Selasa (04/10/2022).

Ade mengungkapkan dirinya tidak bersependapat bahwa tragedi tersebut harus menyalahkan aparat keamanan sepenuhnya dengan penggunaan gas air mata. Justru Ade bertanya, apakah kepolisian Indonesia di bawah FIFA?

“Ketika Polisi menggunakan gas air mata, itu adalah tindakan sesuai protap ketika mereka harus mengendalikan kerusuhan yang mengancam jiwa,” ungkap Ade Armando.

Ade Armando dan geng CokroTV yang selama ini dikenal sebagai Ganjarist -pendukung Ganjar Pranowo-.

“Memang akibat gas air mata para penonton berlarian panik dan sialnya pada saat mereka hendak keluar stadion. Ternyata panitia belum sempat membuka pintu keluar. Akibatnya terjadi penumpukan penonton, saling dorong, saling injak, itulah yang menyebabkan tragedi terjadi.” lanjutnya.

“Ketika polisi menggunakan gas air mata itu adalah tindakan sesuai protap ketika mereka harus mengendalikan kerusuhan yang mengancam jiwa,” imbuh dia.

Ade juga berpendapat bahwa polisi sudah melakukan kewajibannya, mulai dari meminta jam pertandingan digelar lebih awal hingga pembatasan penonton sesuai dengan kapasitas stadion.

Namun menurutnya, pihak panitia pertandingan nakal dengan menjual tiket melebihi kapasitas stadion.

“Yang jadi masalah adalah kelakuan suporter Arema, memang tidak semua, menurut polisi yang menyerbu lapangan hanyalah tiga ribu orang. Tapi itu sudah cukup memporak-porandakan keadaan,” kata Ade.

“Mereka tak bsa menyaksikan timnya kalah, padahal pertandingan berlangsung dengan fair, tidak ada keputusan wasit yang meragukan misalnya,” kata dia.

red: a.syakira

Artikel Terkait

Back to top button