Tumpulnya Kepekaan Seorang Pemimpin
Keadilan ditegakkan, sikap membela yang lemah dan terpinggirkan selalu dikedepankan dan peka terhadap semua penindasan. Kerinduan pada pemimpin seperti ini nyaris dimiliki oleh seluruh manusia di zaman sekarang, termasuk negeri kita. Kita rindu pada pemimpin yang tak perlu dikawal dan mudah didatangi. Kita berharap betul pada pemimpin yang membuka tangan dan bukan pemimpin yang main tangan. Andai saja ada pemimpin yang sejenak mau merasakan, betapa tak nyamannya hidup sebagai rakyat yang menanggung beban utang negara tiga belas juta rupiah per jiwa.
Apabila kepekaan serta kepemilikan rasa terhadap nasib rakyat itu telah hilang pada sang pemimpin, maka siapa nanti yang akan dibela dan diperjuangkan oleh sang pemimpin?Kecuali keterpilihan sang pemimpin adalah buah kepentingan dan kepanjangan tangan dari para pemilik modal sehingga kepekaan kepada rakyat tidaklah penting dan berganti kepada kepekaan kepada nasib penguasa dan para taipan saja. Itu lain cerita.
Negara ini sedang menanti hari-hari datangnya atmosfer perubahan menuju sejahtera. Siapapun pemimpin yang terpilih kelak, langkah mereka akan awali prosesi pengambilan sumpah jabatan dengan kitab suci. Semoga ini tak dianggap sebagai seremoni belaka. Mengingat dua pasangan calon presiden dan wakilnya Muslim, tentu saja mereka akan disumpah dengan Al-Qur’an. Itu artinya, kesakralan sumpah jabatan tersebut tidak boleh disepelekan.
Al-Qur’an menyebutkan salah satu Firman-Nya, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124).
Semoga saja, pemimpin yang terpilih nanti memiliki kepekaan terhadap pesan-pesan yang tersirat dan tersurat dalam Al-Qur’an, termasuk ayat di atas. Karena siapapun pemimpinnya, kehidupan negeri kita akan tetap sempit, jika berpaling dari aturan Allah. Di mana Dzat yang paling menepati kata-katanya adalah Allah SWT.
Kepekaan akan mengantarkan pada keberpihakan dan keberpihakan selalu melahirkan sikap pembelaan, meski dengan cara yang paling ringan. Mari kita berdoa, semoga Allah senantiasa mengaruniakan pemimpin yang berpihak pada aturan Allah, bukan mengabaikannya . Yang membawa bangsa kita naik derajat menuju kehidupan yang mulia, serta melindungi kita dari para pemimpin yang jahil lagi zalim, yang bisa mendatangkan mudharat tak berkesudahan bagi negerinya.[]
Nurina Purnama Sari, S.ST.
Anggota Komunitas Muslimah Menulis