SUARA PEMBACA

Tuntutan Pembubaran MUI Upaya Membungkam Ulama Kritis

Belakangan media sosial sempat diramaikan tagar bubarkan MUI. Hal ini bukan rahasia umum lagi ketika merebak paham liberalisme di tengah sistem sekularisme-kapitalisme, menjadikan kebebasan menyuarakan pendapat menjadi-jadi bahkan makin terbuka di tengah-tengah masyarakat kita hari ini.

Kabar ini sontak hingar bingar sejak Densus 88 melakukan penangkapan kepada tiga ulama, yang salah satunya merupakan anggota Komisi Fatwa MUI Dr. Ahmad Zain An-Najah pada 19 November 2021 terkait dugaan keterlibatan terorisme.

Sejak didirikan pada 1975 baru kali ini ada desakan bubarkan MUI. Menurut keterangan polisi, penangkapan Ahmad Zain An-Najah terkait organisasi Jamaah Islamiyah.

Ramainya tagar #BubarkanMUI tentu membuat beberapa pihak merasa geram. Salah satunya pengamat politik ternama yakni Rocky Gerung. Ia mencium adanya upaya adu domba antara PGI (Persatuan Gereja Seluruh Indonesia) dengan MUI. Pasalnya, PGI sempat dituding turut terlibat upaya pembubaran MUI. Pihak PGI pun membantah tudingan tersebut.

Rocky Gerung menilai isu pembubaran MUI merupakan rumusan yang telah ada sejak zaman Orde Baru, yang digunakan untuk pengendalian politik dan merupakan isu mainan. Menurut Rocky, munculnya isu tersebut berasal dari kepanikan di dalam kekuasaan. Bahkan Wakil Ketua MUI Anwar Abbas meminta Republik Indonesia dibubarkan apabila MUI dibubarkan, karena pemikiran seperti ini merupakan pemikiran yang tidak berdasar dan justru akan memecah belah umat.

Seperti yang kita ketahui, MUI mempunyai peranan yang sangat penting untuk bangsa dan negara, terlebih bagi umat Islam. Bahkan kontribusinya banyak untuk menjaga umat dan nilai-nilai luhur agama bagi kehidupan kita bermasyarakat. Kendati pun ada yang bermasalah di dalamnya, bukan lembaganya yang dibubarkan tapi orang yang bermasalah yang harus diselidiki, justru logiknya MUI harus kita jaga bersama, bukan malah dibubarkan.

Seperti yang kita ketahui apabila ada berita tentang isu terorisme pasti akan selalu dikaitkan dengan Islam. Ini merupakan agenda moderasi Barat yang ingin memojokkan umat Islam dengan isu terorisme dengan cara membubarkan MUI. Ramainya tagar bubarkan MUI karena mereka ingin membungkam ulama yang kritis dan lurus dan menyempitkan jalannya syariat-syariat Islam untuk dapat terlaksana.

Sebenarnya kabar pembubaran MUI bukan yang pertama yang menjadi contoh stigma negatif terorisme yang selalu dilekatkan dengan Islam. Jadi setiap ada kejadian yang disisipi paham terorisme, menjadikan dalil bagi musuh-musuh Islam, para pembenci Islam yang tidak menginginkan kebangkitan umat Islam, yang ingin membungkam suara Islam, yang berkembang saat ini stigma terorisme sering dikaitkan dengan Islam. Segala berita yang terkait dengan terorisme akan dikaitkan dengan isu ekstremisme dan radikalimse dalam Islam.

Padahal bila kita kaji lagi, tindakan terorisme itu segala hal yang berkaitan dengan teror, seperti peristiwa ledakan di Bali, kata terorisme itu disematkan karena pelakunya atau efek kejutnya? Ketika pelaku membawa embel-embel Islam pasti langsung disebut terorisme. Namun lain halnya dengan Papua, ketika ada gerakan KKB dan kelompok separatis yang efeknya juga mengakibatkan teror apakah ini termasuk terorisme? Sampai saat ini tidak ada yang berkoar-koar tentang terorisme padahal sama-sama menyebakan teror dan ketakutan di masyarakat dan sudah banyak korban berjatuhan. Namun ini masih dianggap motif keagamaan, keyakinan, kesenjangan ekonomi, politik dan lain-lain.

Sampai di sini kita paham bahwa isu pembubaran MUI ditunggangi oleh kepentingan sekelompok musuh Islam, pembenci Islam yang semakin ingin membungkam suara-suara Islam. Padahal semestinya umat Islam harus menyadari bahwa MUI justru harus melawan isu pembubaran, dan makin menyuarakan kepentingan Islam, kaum muslim dan tidak boleh mencukupkan diri menjadi hanya menjadi lembaga fatwa untuk isu-isu yang mengokohkan program rezim yang bertentangan dengan syariat Islam.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button