NUIM HIDAYAT

Umat Islam yang Sakti Membela Pancasila

Menteri Agama Alamsjah Prawiranegara pernah menyatakan bahwa Pancasila adalah hadiah terbesar dari umat Islam untuk bangsa Indonesia. Meskipun tujuh kata Piagam Jakarta pada 18 Agustus 1945, dicoret umat Islam legowo. Ketuhanan yang Maha Esa dianggap umat Islam cerminan tauhid yang harus dipegang bangsa ini.

Meski tujuh kata dicoret, tapi ada tujuh kata lain yang bersumber dari Islam yang tetap melekat di Pancasila. Yaitu Maha Esa, adil, adab, rakyat, hikmah, musyawarah dan wakil. Tujuh kata ini harusnya menjadi inspirasi bagi para pemegang kekuasaan untuk tidak melenceng dari nilai-nilai Islam dalam mengurus rakyat.

Hari ini, 1 Oktober 2021 adalah Hari Kesaktian Pancasila. Pada 1 Oktober 1966, peringatan Hari Kesaktian Pancasila pertama kali dilakukan di Lubang Buaya, Jakarta. Penetapan hari besar ini atas keputusan Presiden Soeharto untuk menjaga agar peristiwa kelam G30S PKI tidak terulang lagi.

Banyak masyarakat yang bertanya, yang sakti Pancasila atau umat Islam yang menjaga Pancasila?  Tentu yang akalnya sehat akan menyatakan umat Islam. Sebab Pancasila adalah konsep atau benda mati. Pancasila sakti atau hebat tergantung yang menjalankannya atau menjaganya.

Pancasila bisa ditarik ke kanan dan ke kiri. Di zaman Soekarno Pancasila ditarik ke kiri, sehingga waktu itu Orla berangkulan dengan komunis. Di zaman Soeharto Pancasila ditarik ke kapitalis, sehingga berangkulan dengan kaum sekuleris. Di masa kini Pancasila ditarik agak ke kiri juga, sehingga pemerintah menjalin hubungan akrab dengan China komunis.

Bila pemegang kekuasaan konsisten  dengan Pancasila, harusnya ia menjalankannya sesuai dengan nilai-nilai Islam. Sebab kata-kata dalam Pancasila sarat dengan nilai-nilai Islam. Seorang presiden harus bersikap adil terhadap hukum, terhadap politik, ekonomi dan lain-lain. Ia harus menjaga adab dalam bernegara, menjaga adab masyarakat dan seterusnya. Harus bermusyawarah dengan tokoh-tokoh masyarakat dalam mengambil keputusan. Tidak otoriter dan seterusnya.

Kini Pancasila bukan digunakan untuk merangkul Islam, malah untuk menakut-nakuti Islam. Banyak pejabat kini ngomong jangan radikal, jangan fanatik, semua agama sama, saya Pancasila dan seterusnya.

Pancasila kini sering dilawankan dengan Islam. Bila umat Islam, mengkaji kitab-kitab ulama yang didalamnya ada kata khilafah, maka dianggap tidak Pancasilais. Bila umat Islam menginginkan hukum-hukum Islam masuk dalam konstitusi atau unsldang-undang maka dianggap tidak Pancasilais. Bila umat Islam mendorong murid atau anak-anaknya berjilbab maka tidak Pancasilais.

Baru-baru ini Menteri Agama Yaqut Cholil Coumas dan Menteri  Pendidikan dan Kebudayaan Nabiel Makarim meluncurkan bersama program Moderasi Beragama. Yang aneh, adalag kedua menteri itu mengundang artis Cinta Laura untuk ceramah mewakili anak muda. Sehingga di kalangan aktivis Islam heboh, kenapa yang diundang artis yang sering buka-bukaan aurat. Apakah tidak ada artis lain?  Apalagi dalam ceramahnya Cinta Laura mendukung paham relativisme dalam bertuhan.

Begitulah nasib Pancasila. Akhirnya kembali kepada penyelenggaranya. Menteri Agama misalnya kini sibuk dengan program moderasi beragama. Program yang tidak jelas arahnya. Bahkan bisa membuat umat Islam tidak yakin terhadap agamanya. Menag juga sering mengatakan bahwa bangsa ini dibangun tidak saja oleh orang Islam, tapi juga orang Kristen, Hindu, Budha dan lain-lain. Dimata Yaqut umat Islam yang mayoritas di negeri ini tidak boleh diistimewakan. Yaqut lupa bahwa yang membangun atau para pahlawan negeri ini hampir seratus persen umat Islam.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button