Untuk Apa Jadi Presiden, Kalau Menyimpang dari Al-Qur’an?
Minggu-minggu ini adalah penentuan siapa yang akan jadi presiden. Anies, Prabowo atau Ganjar.
Menjadi presiden, adalah keinginan banyak orang. Banyak orang bercita cita jadi presiden. Ada yang bercita jadi presiden, karena fasilitas yang wah, nomer satu. Mendapat tepuk tangan dimana mana, punya banyak anak buah, punya banyak harta, fasilitas makanan kesehatan nomer satu dan hal hal duniawi lainnya.
Ada yang ingin jadi presiden, karena benar benar ingin memperbaiki kondisi rakyatnya. Ia tidak peduli dengan fasilitas yang wah itu. Malahan kalau bisa fasilitas yang terlalu wah itu ia kurangi. Ia ingin memperbaiki agar pendidikan rakyatnya makin bagus, hidupnya lebih makmur, kesehatannya lebih terjamin, akhlaknya makin bagus dan lain-lain.
Walhasil, apa tugas pemimpin atau presiden menurut Al-Qur’an? Allah SWT berfirman, “Yaitu orang orang yang bila Kami beri kedudukan di muka bumi, mereka menegakkan shalat, menjalankan zakat dan melakukan amar makruf nahi mungkar…” (Al Hajj 41)
Tugas yang pertama adalah menegakkan shalat.
Jadi tugas pemimpin yang pertama bukanlah mengatasi masalah ekonomi. Sebagaimana kampanye banyak pemimpin kita sekarang. Mulai dari presiden, gubernur hingga anggota DPR.
Tugas pemimpin yang pertama adalah menegakkan shalat. Kenapa shalat? Karena shalat adalah hubungan tertinggi hamba dengan Rabbnya. Shalat adalah mi’rajnya orang mukmin. Shalat adalah yang membedakan mukmin dengan kafir.
Tidak ada ibadah yang lebih indah dari shalat. Shalat dalam Islam minimal lima kali sehari. Agama agama di luar Islam melakukan sembahyang ‘hanya seminggu sekali.’ Mereka lebih memikirkan dunia daripada akhirat. Mereka lebih memikirkan jabatan dan uang daripada hubungan dengan Tuhannya.
Shalat juga mencegah perbuatan keji dan mungkar, kata Al-Qur’an. Selain itu di akhirat nanti yang pertama dihisab adalah shalat. Bila shalat hamba beres, insya Allah mudah masuk surga. Tapi bila shalatnya jarang, hisabnya akan susah.
Jadi tugas pemimpin yang pertama kepada rakyatnya adalah menyuruh rakyatnya shalat lima waktu dengan benar. Syukur syukur ditambah dengan shalat Sunnah rawatib, tahajud dan lain lain. Bila hubungan dengan Allah bagus, maka hubungan dengan manusia bagus pula. Pemimpin yang jarang shalat, jangan dipilih. Terutama untuk kepemimpinan masyarakat yang mayoritas warganya Muslim.
Sebagai pemimpin keluarga, seorang ayah juga pertama kali harus memperhatikan shalat anaknya. Bila anak sampai umur 10 tahun, tidak shalat, boleh dipukul. Tentu dengan pukulan yang mendidik. Anak jangan diperhatikan sekolahnya atau kerjanya saja. Tapi yang utama perhatikan shalatnya. Bila ia sering menambah dengan shalat Sunnah maka itu menunjukkan telah bagus akhlaknya.
Yang kedua, tugas pemimpin adalah menjalankan zakat. Dengan zakat maka masalah ekonomi masyarakat akan teratasi. Tidak dengan pajak. Pajak terus akan membuat masalah di masyarakat. Di Amerika dan Eropa pajak juga selalu menjadi masalah. Pajak itu terpaksa. Zakat itu sukarela. Pajak itu sering menipu, zakat itu jujur adanya.